BULELENG – Lantaran diduga melakukan tindak pidana penipuan bermodus penyaluran Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) ke Negara Turki, seorang oknum ibu rumah tangga (IRT) Kadek Sariani (54) beralamat Banjar Dinas Kanginan Desa/Kecamatan Tejakula terpaksa berurusan dengan pihak berwajib.
Tidak hanya tindak pidana penipuan, terduga pelaku yang mengimingi 5 CPMI bisa bekerja di luar negeri dengan jaminan suami dari anaknya berinisial NW (33) di Turki, juga diduga menjual korban ke sejumlah majikan.
“Kasus ini terungkap, berawal dari saat korban Kadek R (23) mencari informasi, sekitar tanggal 2 Oktober 2021 untuk bisa bekerja di Negara Turki kepada terduga pelaku,” ungkap Kasatreskrim Polres Buleleng, AKP Picha Armedi saat menggeber kasus ini di Polres Buleleng, Kamis (15/6/2023).
Didampingi Kasi Humas Polres Buleleng AKP I Gede Sumarjaya dan I Gusti Ketut Bagus Ery Prabawa selaku analis tenaga kerja BP3MI Bali, Mantan Kasat Resnarkoba Polres Buleleng ini memaparkan korban yang tergiur bekerja di salah hotel dengan gaji Rp7 juta/bulan langsung menyanggupi syarat pembayaran Rp18 juta/orang.
“Bersama 3 orang lainnya, Kadek R yang yakin karena terduga pelaku menyatakan anaknya berinisial NW (33) yang kawin dengan WNA Turki, petugas kepolisian bidang narkotika akan mengurus semua dalam pekerjaan di Negara Turki, langsung menyanggupi persyaratan yang ditentukan,” jelasnya.
Dibantu NW untuk menyiapkan visa holiday, korban bersama 3 rekannya yang mengurus paspor sendiri bisa berangkat dan sampai di Negara Turki.
Sampai di Turki, kata Kasat Reskrim Picha, korban menggunakan tanda izin tinggal sementara ( IKAMET) yang juga dibuatkan oleh terduga pelaku NW.
“Dan setelah itu, korban tidak dipekerjakan sesuai dengan perjanjian yang dengan terduga pelaku, sehingga korban sering berganti-ganti profesi dan tempat kerja. Karena merasa tidak aman dengan petugas kepolisian di Turki, Kadek R yang hampir setahun tinggal di Turki memutuskan kembali ke Indonesia dengan meminta bantuan KBRI yang ada di Turki,” terangnya.
Sedangkan Gede A (22) bersama 2 korban lainnya yang juga telah menyerahkan uang Rp 18 Juta kepada terduga pelaku, belum bisa kembali sampai dengan saat ini. “Korban sempat meminta terduga pelaku agar uangnya dikembalikan, karena tidak ada jawaban korban akhirnya menempuh jalur hukum,” tandasnya.
Akibat perbuatannya, lanjut Picha, terduga pelaku dengan modus merekrut seseorang dengan janji bisa memberangkatkan dan mempekerjakan seseorang di Turki dengan gaji menggiurkan, dan ditempat tujuan akan disediakan tempat penampungan, penjaminan serta penyalur pekerjaan, disangka telah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam rumusan pasal 2 ayat (1) dan atau pasal 4 dan atau pasal 11 UU RI No. 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
“Dan pasal 81 Jo pasal 69 UU RI No. 18 Tahun 2017 tentang perlindungan PMI dan pasal 378 KUHP, dengan ancaman hukuman berupa pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/denda paling banyak Rp 600 Juta,” tandas Picha dibenarkan Ery Prabawa. Selaku petugas BP3MI, Ery Prabawa mengajak dan mengimbau warga masyarakat agar lebih hati-hati dan mewaspadai penipuan untuk bekerja di luar negeri. (kar,dha)
