DENPASAR – Pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) 2021 di tengah Pandemi Covid-19 dilaksanakan secara terbatas melalui daring maupun luring. Salah satu materi adalah sajian parade Peed Aya yang ditayangkan pada pembukaan PKB, Sabtu 12 Juni 2021.
Peed Aya dikemas sebagai pengganti pawai yang ditiadakan digelar secara langsung. Pada Senin 10 Mei 2021, Peed Aya mulai digarap dengan proses pengambilan gambar (tapping) di sejumlah lokasi yang menjadi destinasi wisata dunia di Bali.
Diawali dari Bukit Campuhan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Dengan perbukitan alam asri, memiliki panorama indah berupa hamparan luas nan hijau menjadi sport pilihan terbaik para penata garapan. Selain di tempat tersebut, Peed Aya juga memilih lokasi di Pura Besakih (Karangasem), Desa Penglipuran ( Bangli), Kawasan Gunung Kawi ( Gianyar) serta air terjun Kanto Lampo, Desa Beng ( Gianyar).
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof. I Gede Arya Sugiartha mengatakan, sejumlah penampilan materi PKB sudah mulai dilaksanakan. “PKB tahun ini dilaksanakan terbatas, baik secara daring maupun luring, termasuk materi Parade Peed Aya mulai dilakukan perekaman oleh para sanggar yang telah ditetapkan,”kata mantan Rektor ISI Denpasar ini.
Garapan Peed Aya tahun ini mengangkat tema “Pratiti Wana Kerthi” yang memikiki makna “memuliakan pohon, membangun simponi harmoni semesta raya menuju kehidupan yang sejahtera dengan jiwa yang maha sempurna”.
Sementara itu, Kadek Wahyudita selaku tim kreatif PKB 2021 mengatakan, selaras dengan tema Peed Aya, penggarap menyajikan beragam corak Peed berbeda, unik, mencerminkan pemuliaan alam dan kekhasan masing-masing daerah di Bali, mulai dari barisan aneka gebogan, aneka busana kain dengan motif klasik Bali dan iringan musik seperti barungan baleganjur, tektekkan, gamelan suling dengan kekhasan masing -masing daerah.
Peed Aya melibatkan ratusan seniman yang didandani para komposer, koreografer muda, berkolaborasi dengan pegiat videografer andal. Mereka adalah Sanggar Seni Gumiart, Sanggar Gita Semara, Sanggar Palawara, Komunitas Bali Pixelart dan Komunitas Sama Kaki.
“Peed berlatar belakang alam memang memiliki tantangan tersendiri dan benar-benar bertaruh dengan waktu, kondisi cuaca dan sebagainya dan terpenting, kita mematuhi protokol kesehaan Covid,” ungkapnya.
Awal rekaman memilih Bukit Campuhan yang juga dikenal dengan sebutan Bukit Cinta. Menurutnya, Peed kali ini mengeksplor rona warna-warni gebogan bunga yang selaras balutan busana khas Bali seperti songket hingga kain geringsing. ” Gebogan bunga, kita tonjolkan busana aneka kain songket, geringsing, tedung agung berjalan di perbukitan yang dimana kita hadirkam nuansa kesemarakan ditengah pesona bukit yang eksotik di wilayah Ubud dan Tegalalang itu,” tuturnya.
I Gede Gusman Adi Gunawan selaku koreografer mengungkapkan, setiap potensi lokasi yang dipilih akan menampilkan corak peed yang beragam. “Mulai model gebogan, ada gebogan bunga, gebogan buah, kemudian busana dari aneka kain klasik Bali dengan corak khas seperti songket Bali, kain geringsing dan sebagainya,” ungkap seniman yang akrab dipanggil Wawan ini.
Menurut Wawan, tantangan tersendiri dalam menggarap Peed di luar panggung sangat dirasakan. “Kita benar- benar bertaruh waktu. Saat ini waktu sangat mepet, prosesnya sedikit rumit, mulai menata gerak, pengambilan gambar hingga proses editing sehingga menjadi tayangan yang utuh. Semoga menjadi garapan menghibur masyarakat di tengah pandemi ini,” harapnya.
Sekadar diketahui, Peed Aya ditayangkan saat pembukaan PKB 2021 yang rencana dibuka Presiden Joko Widodo secara daring. Pelaksanaan PKB akan tetap menampilkan parade, pergelaran, pameran, lomba, lokakarya, sarasehan hingga pengabdi seni. PKB berlangsung mulai 12 Juni hingga 10 Juli 2021 mengangkat tema Purna Jiwa, ” Prananing Wana Kerthi” , jiwa paripurna napas pohon kehidupan.
Tahun ini, acara PKB jauh lebih sedikit dibanding sebelum Pandemi. “Totalnya di bawah 100 kegiatan. Kalau sebelum Covid -19, kegiatan PKB di atas 200 acara, tapi tetap dilaksanakan sebulan penuh” imbuh Prof. Arya.(sur)