BULELENG – Simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu tahun 2024 di TPS 6 Desa Sidetapa Kecamatan Banjar, tak hanya menunjukkan angka partisipasi masyarakat untuk memilih yang lumayan tinggi mencapai 93,38 %.
Simulasi yang digelar pada Minggu (24/12/2023) dengan melibatkan calon KPPS serta PPS dan PPK tersebut, juga layak dijadikan role model, acuan pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara serta rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu tahun 2024 berbasis sirekap.
“Iya, dari hasil evaluasi dan kajian terhadap simulasi yang digelar, tata cara pemungutan dan penghitungan suara serta rekapitulasi hasil penghitungan suara berbasis sirekap di TPS 6 Desa Sidetapa bisa kami jadikan acuan,” tandas Ketua KPU Kabupaten Buleleng, Komang Dudhi Udiyana usai memantau Gudang Logistik KPU Buleleng, Rabu (26/12/2023).
Berdasarkan hasil evaluasi, kata Dudhi, presentase kehadiran pemilih pada TPS 6 mencapai 93,38 % atau 266 dari total DPT sebanyak 287 orang, DPTb sebanyak 1 orang dan DPK sebanyak 1 orang.
“Hasil penghitungan suara untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (PPWP) sebanyak 262 suara sah dan 6 suara tidak sah, Pemilihan DPR RI sebanyak 249 suara sah dan 19 suara tidak sah dan untuk pemilihan DPD RI sebanyak 255 suara sah dan 13 tidak sah,” terangnya.
Proses penghitungan suara dimulai pukul 14.00 Wita – 15.15 Wita untuk PPWP, pukul 16.35 – 18.20 Wita untuk DPR RI dan mulai pukul 19.55 – 20.55 Wita untuk DPD RI.
“Akumulasi waktu untuk proses pemungutan suara antara 3 – 5 menit, sementara proses penghitungan hasil pemungutan suara untuk PPWP membutuhkan waktu 45 menit, DPR RI selama 105 menit atau 1 jam 45 menit, dan DPD RI selama 60 menit atau 1 jam, sudah termasuk penggunaan sirekap,” tandasnya.
Senada dengan Ketua KPU Buleleng, Made Sutama selaku Perbekel Desa Sidatapa mengaku bangga dan mengapresiasi pelaksanaan simulasi pungut, hitung dan rekapitulasi suara Pemilu 2024 di TPS 6 Sidetapa sebagai penghargaan luar biasa bagi demokratisasi di desanya.
“Awalnya, tiyang kira karena warga Sidetapa banyak yang buta huruf, tapi setelah koordinasi dengan Ketua KPU ternyata karena warga Sidatapa dinilai cukup demokratis sehingga saya nyatakan setuju, Desa Sidatapa dijadikan tempat untuk simulasi,” tandasnya.
Ia juga mengakui, banyak yang harus diperbaiki baik setelah simulasi seperti kemampuan SDM yang bertugas sebagai KPPS dan teknis penghitungan suara.
“Selaku perbekel, kami akan berusaha memfasilitasi KPU untuk menyiapkan SDM yang bagus, paten untuk menjadi KPPS. Sementara untuk teknis penghitungan suaranya, cukup nyebut no partai dan no caleg, tanpa menyebut nama caleg sehingga bisa lebih cepat,” pungkasnya. (kar/jon)