GIANYAR – 15 musisi dan band di Indonesia berkumpul di Bali pekan lalu. Mereka menyatakan komitmen untuk menyuarakan isu krisis iklim lewat karya musik.
Para musisi ini mengikuti kegiatan lokakarya bertajuk “Aktivisme Musik dan Lingkungan” yang diadakan oleh IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts, and Music Lab).
Selama lima hari, mereka berpartisipasi dalamsesi interaktif bersama organisasi dan pakar lingkunganserta musisi yang tergabung di inisiatif IKLIM sejak tahun sebelumnya.
15 musisi yang turut serta dalam IKLIM 2024 adalah Asteriska, Bsar, Daniel Rumbekwan, Bachoxs, Down For Life, Efek Rumah Kaca, Jangar, Las!, MatterMos, PetraSihombing, Poker Mustache, Rhosy Snap, The Vondallz,Voice of Baceprot, dan Wake Up Iris.
Kegiatan ini merupakan tahun kedua lokakarya IKLIM diadakan dan melibatkan musisi yang lebih banyak dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat dicapai karena IKLIM sebelumnya telah mengadakan panggilan terbuka untuk menjaring musisi berbakat dari seluruh Indonesia yang peduli dan ingin menyuarakan isu krisis iklim.
Sebagai hasilnya, sebanyak 15 musisi dari berbagai aliran musik, termasuk rock, metal, pop, hip-hop, folk, dan psikadelia telah terpilih dari sembilan kota di Indonesia, seperti Jakarta, Makassar, Pontianak, Madiun, Malang, Bandung,Solo, Fakfak dan Bali.
Salah satu penggagas IKLIM, I Gede Robi dari band Navicula, menjelaskan bahwa inisiatif IKLIM pertama kali digagas pada tahun 2023 dengan melibatkan 13 musisi, seperti Iga Massardi, Endah N Rhesa, Navicula, danTuantigabelas. Pada tahun tersebut, para musisi merilis album kompilasi bertajuk ‘sonic/panic’ sebagai cara kreatif untuk menyebarkan pesan kesadaran lingkungan kepada masyarakat.
“Musisi memiliki tugas untuk menciptakan lagu yang dapatmembentuk opini publik sehingga isu ini menjadi skalaprioritas perbincangan di masyarakat. Jika semakin banyak dibicarakan, akan terbentuk kebijakan atau regulasi yang mendukung. Sinergi kita melalui musik ini bertujuan untuk membentuk opini publik, terutama mengenai krisis iklim,” ungkap Robi di konferensi pers yang digelar di Biji World, Ubud pada 4 Juli 2024.
Menurutnya, upaya kolektif yang konsisten sangat diperlukan agar semakin banyak musisi terlibat dalam menyuarakan isu ini sehingga memberikan dampak yang luas.
Vania Marisca dari duo Wake Up Iris mengungkapkan rasa senangnya dapat terlibat dalam IKLIM tahun ini dan mengikuti lokakarya.
“Di lokakarya ini, kita dipaparkan dari bermacam-macam hal, sebagai musisi kami melihatnya sebagai kesempatan untuk mengolah data itu dengan carakreatif agar tersampaikan ke khalayak lebih luas,”ujarnya.
Lokakarya ditutup dengan aktivitas penanaman pohon di area Gianyar sebagai bentuk tanggung jawab musisi terhadap emisi karbon yang dihasilkan untuk menghadiridan selama beraktivitas di Bali.
Selanjutnya, seluruh musisi yang terlibat dalam lokakarya akan menciptakan karya musik dengan pesan kesadaran lingkungan dan krisis iklim. Hasil kolaborasi ini rencananya akan diluncurkan dipenghujung tahun 2024. (jay)