DENPASAR- Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Denpasar IB Sidharta menggambarkan situasi usaha perhotelan saat ini semakin tiarap.
“Selaku pengusaha, apalagi yang harus kita omongkan, sekarang kondisi sudah habis. Memang upaya pemerintah memberikan kebijakan mulai dari relaksasi sampai pemberian dana hibah, tapi itu hanya sebulan dipakai sudah habis. Sedangkan dana PEN yang ditawarkan, ada yang mau ada juga tidak. Jadi, para pengusaha hotel di Bali saat ini benar-benar tiarap,” ujar Owner Santrian Grup ini saat dihubungi WARTA BALI, Minggu 28 Agustus 2021.
Ia mencontohkan, dari tiga usaha hotel di bawah grup Santrian, salah satunya terpaksa ditutup. “Di Griya Santrian, awalnya kita buka Sabtu saja, tapi karena kebijakan PPKM dibatasi, orang tidak boleh kemana-mana, tempat destinasi ditutup, pantai ditutup, ya terpaksa satu hotel saya tutup. Setengah dari karyawan yang sebelumnya diperkerjakan sekarang ini tidak kerja lagi,” ujar Gusde-sapaan akrab IB Sidharta.
Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat perekonomian masyarakat Bali semakin terhimpit dan kehabisan cara untuk bertahan hidup. “Kita hanya bertahan untuk hidup saja. Kalaupun punya aset untuk mencairkan sangat sulit, mengajukan modal perbankan juga berpikir, kecuali dijual dan dipastikan harganya jatuh,”tegas pengusaha yang juga tokoh masyarakat asal Sanur ini.
Kalau kondisi ini terus terjadi, Gusde khawatir para pengusaha asal Bali yang tidak lagi bisa bertahan akan kehilangan aset seperti tanah, bangunan dan sebagainya.” Jadi, akan ada pelepasan aset-aset orang Bali kepada pihak luar yang memiliki modal. Ini yang kita khawatirkan menjadi bom Bali ketiga bagi masyarakat Bali,” tandasnya.
“Dengan adanya penundaan dibukanya pariwisaya justru akan menjerumuskan lebih dalam lagi kondisi para pelaku usaha utamanya perhotelan, restoran dan sebagainya. Artinya, belum memikirkan usaha, kita juga harus memikirkan keluarga, anak sekolah, tabungan habis, dan kepentingan lainya. Ya, kita hanya memikirkan untuk bertahan hidup saja,”katanya. (sur)