PENYAKIT Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit yang dapat menular melalui kontak seksual. IMS dan HIV/AIDS masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang.
Penyakit ini masih menjadi perhatian di bidang kesehatan, karena angka kejadiannya yang masih terus meningkat. Bahkan, IMS menjadi urutan nomor lima penyakit yang menyebabkan orang dewasa berobat ke pusat kesehatan, khususnya pada negara berkembang.
Salah satu penyebabnya adalah transaksi seks dan tingkat pengetahuan yang rendah. HIV tetap menjadi krisis kesehatan global, dan dunia harus memperhitungkan 1,5 infeksi HIV baru dan 680.000 kematian akibat penyebab terkait AIDS.
Di setiap wilayah di dunia, ada populasi kunci yang sangat rentan terhadap PMS dan infeksi HIV/AIDS, yaitu orang-orang yang menyuntikkan narkoba, wanita transgender, pekerja seks wanita, dan pria gay yang berhubungan seks dengan pria.
Dari tahun ke tahun, data kasus HIV/AIDS terus meningkat. Pada tahun 2019, jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 50.282 kasus. Berdasarkan laporan perkembangan HIV/AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) di Indonesia, pada Triwulan I Tahun 2021 jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan Maret 2021 cenderung meningkat setiap tahun.
Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai Maret 2021 sebanyak 427.201 (78,7% dari target 90% estimasi ODHA tahun 2020 sebesar 543.100). Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun, diikuti kelompok umur 20-24 tahun, dan kelompok umur ≥ 50 tahun.
Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2021 sebanyak 131.147 orang. Dan Bali, merupakan salah satu dari 5 provinsi dengan jumlah AIDS terbanyak, yaitu sebanyak 9.125 kasus.
Selain pada kelompok populasi berisiko tinggi, populasi berisiko rendah seperti para perempuan pedagang di pasar, juga rentan terkena IMS dan HIV/AIDS. Salah satu tempat di Bali yang interaksi masyarakatnya tinggi adalah pasar. Dimana populasi masyarakatnya tergolong kelompok risiko rendah.
Kota Denpasar merupakan daerah yang cukup tinggi terhadap insiden IMS dan HIV/AIDS. Hal ini karena Kota Denpasar merupakan salah satu daerah tujuan favorit wisatawan yang berkunjung ke Bali dari seluruh dunia.
Pasar Buana Raya, Padangsambian, adalah salah satu pasar yang ada di Kota Denpasar. Yang mana dari hasil wawancara dengan mitra, didapatkan beberapa permasalahan terkait program pencegahan IMS dan HIV/AIDS di sana. Antara lain, minimalnya informasi yang didapatkan kader dan perempuan pedagang di Pasar Buana Raya, Padangsambian, tentang pencegahan IMS dan HIV/AIDS.
Program pencegahan IMS dan HIV/AIDS ini merupakan wadah bagi para perempuan pedagang untuk mendapatkan informasi seputar bahaya dari IMS, faktor risiko, cara penularannya, serta cara pencegahannya. Luaran yang dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah terlaksananya dialog interaktif mengenai pencegahan IMS dan HIV/AIDS dengan melibatkan kader, perempuan pedagang, serta suami atau keluarganya. Dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman kader, perempuan pedagang serta orang-orang di sekitarnya, mengenai pentingnya pencegahan IMS dan HIV/AIDS.
Selain itu, pelatihan bagi kader di Pasar Buana Raya, Padangsambian, juga digunakan untuk merancang suatu program pencegahan IMS dan HIV/AIDS. Yakni dengan memberdayakan kader di Pasar Buana Raya sebagai motor penggeraknya. Di dalamnya dilaksanakan pemberian materi mengenai IMS dan HIV/AIDS, test VCT, sarana dan prasarana serta sumber daya yang diperlukan, sharing session, video session, serta simulasi.
Rencana selanjutnya, adalah melakukan sosialisasi hasil kegiatan yang dilakukan kepada pihak Puskesmas dengan memperkenalkan metode pelatihan dan pendampingan, serta skema perencanaan yang telah disusun. Pelatihan dan pendampingan lanjutan, dilakukan oleh mitra yang telah dilatih dengan Tim PKM sebagai fasilitator.
Targetnya, adalah para pedagang di pasar lainnya dalam wilayah Padangsambian. Monitoring dan evaluasi lanjutan tetap dilakukan, untuk melihat efektivitas metode ini dalam ruang lingkup yang lebih besar. Monitoring dan evaluasi mencakup pelaksanaan kegiatan sesuai skema dan matriks kegiatan. (adi)