
GIANYAR – Lampu ukir yang terpasang di sepanjang jalan Kalantaka menuju Setra Beng, Kelurahan Beng, Gianyar, ternyata tidak hanya memperhitungan fungsi utama sebagai penerangan, tetapi juga estetika dan nilai budaya.
Lampu itu bisa diputar 90 derajat.
Ini dilakukan Dinas Perhubungan menjelang upacara pelebon salah satu keluarga di Puri Agung Gianyar pada 31 Juli 2024.
Kadis Perhubungan Gianyar, I Made Arianta, Selasa (30/7/2024) mengatakan, pemutaran lampu dari posisi awal pada waktu tertentu sudah menjadi rutinitas. Terlebih, lampu penerangan jalan berada di radius puri yang biasanya bila ada upacara pelebon menggunakan bade (menara) dan patung lembu yang ukurannya cukup besar.
Jalan Kalantaka berada di sisi barat Puri Agung Gianyar. Iring-iringan upacara akan bergerak dari catus pata puri menuju utara Jalan Kalantaka, hingga Setra Desa Adat Beng.
Ada 32 lampu diputar 90 derajat oleh Dinas Perhubungan untuk menghindari bade. “Niki rutin dilakukan kalau ada plebon di puri dengan bade yang cukup besar,” ujar Arianta.
Saat ini, lengan lampu menghadap ke timur sebagai penerang jalan. Saat pelebon lengan beserta lampu akan menghadap keselatan. Sehingga lampu tidak akan bertabrakan dengan bade atau lembu. “Menghindari benturan sehingga meminimal terjadinya kerusakan,” ujarnya.
Kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Sebab Dishub Gianyar telah siap untuk memutar kembali lampu-lampu tersebut ke posisi semula. “Nanti putar lagi ke posisi awal. Idealnya banget ya, semua program harus mendukung pelestarian budaya karena itu rohnya Bali,” pungkas Arianta. (jay)