BANGLI-Harga babi potong mulai merangkak naik sejak beberapa hari belakangan ini.
Menurut Ketua GUPBI Bangli Sang Putu Adil saat dikonfirmasi, Minggu (17/5/2020) harga babi potong belakangan mengalami lonjakan yang begitu cepat. Dari awalnya Rp 15 ribu, naik ke angka Rp 18 ribu kemudian naik lagi ke angka Rp 20 ribu. “Sejak lima hari ini naik menjadi Rp 23 ribu hingga Rp 25 ribu. Harganya memang masih bervariatif,”jelas peternak babi ini.
Ia menambahkan, kenaikan harga babi membuat gairah peternak babi di Bangli kembali meningkat. Akibatnya, harga bibit babi juga mulai alami lonjakan.
Menyinggung soal lonjakan harga, kata dia, ada dua factor penyebab, yang pertama adalah kelanggkan stok babi potong akibat kematian babi yang cukup besar akibat virus ASF. Penyebab lainnya adalah mulai adanya pemasaran daging babi keluar daerah yang difasilitasi GUPBI Bali.
“Kematian babi ditingkat peternak begitu besar sehingga menyebabkan ketersediaan babi menipis. Sementara permintaan tinggi yang mengakibatkan harga naik drastis,” katanya.
Soal kematian babi di Kabupaten Bangli, jelas Sang Putu Adil, sesuai informasi yang didapat dari peternak, kematian babi masih terjadi di Bangli. Dia menyebutkan, kematian babi masih terjadi di wilayah Susut, seperti Apuan dan desa lainnya.
Sementara di Kecamatan Bangli, kematian babi dalam jumlah banyak terjadi di wilayah Banjar Tegal, Bebalang. “Kita berharap antivirus ASF segera ditemukan,”ucapnya.
Sang Putu Adil lanjut menjelaskan, untuk anti virus ASF kini tengah diuji coba di Medan oleh putra Bali. Jadi pihaknya sangat berharap agar uji coba itu membuahkan hasil. Pasalnya, kalau di Bali sampai tidak ada babi maka akan bisa mengancam kelangsungan adat istiadat di Bali. Mengingat kebutuhan babi untuk upacara di Bali begitu besar. “ Kita berharap agar uji coba ini berhasil,”pungkasya.(dus)