JEMBRANA – Beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Peh di Desa Kaliakah Kecamatan Negara, kini mengalami pengurangan 34% atau 1.588 ton setiap harinya.
Hal ini disampaikan Ketua Program STOP (Stopping Tap on Ocean Plastics), I Made Yudiarsana saat audiensi dengan Bupati I Nengah Tamba di ruang kerjanya Senin (1/8/2022).
Program STOP merupakan sinergitas Dinas Lingkungan Hidup (LH) Pemkab Jembrana dalam pengelolaan sampah di TPA Peh, milik pemerintah.
Setiap harinya terdapat 12 ton sampah masuk dan menjalani proses pemilahan di TPST Jembrana. Hitungan tersebut merupakan hitungan rata-rata per hari dari truk sampah Dinas LH.
“Sedangkan sebelumnya per hari rata-rata 40-50 ton sampah masuk ke TPA Peh,” kata Yudiarsana, mendampingi Kadis LH, Dewa Gede Ary Chandra Wisnawa.
Dengan sistem pilah, yakni hanya residu yang dibuang ke TPA, sejak Januari 2021 hingga kuarter kedua tahun 2022, TPST Jembrana telah mengurangi volume sampah yang dikirim ke TPA mencapai 34% atau 1.588 ton setiap harinya.
Yudiarsana menambahkan capaian itu masih memungkinkan ditingkatkan guna mengurangi beban TPA Peh. Dari sisi jumlah layanan diakui belum terlalu naik signifikan. Artinya jumlah sampah yang diangkut dan diolah ke TPST, tidak langsung ke TPA Peh masih memungkinkan.
Untuk itu sejumlah langkah disiapkan, antara lain kampanye perubahan perilaku dengan menggandeng beberapa instansi, dengan mendorong pola partisipasi masyarakat yang disadari memang tidak mudah.
“Guna menguatkan lagi program ini, kita perkuat dengan kampanye dan sosialisasi. Selain itu langkah lainya dengan menyiapkan stimulan. Misal melalui lomba-lomba atau pemberian doorprize. Tak kalah penting sinergi dukungan pemerintah daerah, desa kelurahan serta tokoh,” paparnya.
Bupati Tamba mengapresiasi progres dari program STOP yang berhasil mengurangi volume sampah tersebut. Bupati berharap cakupan bisa diperluas di TPST sehingga lebih banyak residu yang dikirim ke TPA Peh.
Disamping itu, Bupati juga mendorong cakupan program diperkuat melalui berbagai langkah. Diantaranya Lomba Pesona KEDAS (Keren Tidak Ada Sampah) yang diikuti oleh semua Desa dan Kelurahan.
Juga dengan menggandeng berbagai stakeholder, baik dari itu dari desa adat seperti bendesa serta tokoh-tokoh organisasi keagamaan, organisasi PKK dan program sekolah zero waste.
Kadis LH Dewa Gde Ari Chandra Wisnawa mengakui berkurangnya volume sampah yang kini dikelola TPA Peh. Diharapkan melalui sinergi dengan Program STOP bisa lebih banyak lagi sampah yang dapat dipilah di TPST terlebih dahulu. Sehingga residu yang diolah di TPA Peh dapat berkurang.
Menurunnya sampah yang dikelola TPA Peh, lanjut Ary Candra terlihat dari keluhan pemulung yang memilah sampah di TPA Peh. Diakui ada keluhan pemulung, karena merasa pendapatan mereka berkurang karena sampah yang dipilah volumenya berkurang.
Sisi positifnya, sampah sudah mampu terkelola dengan baik di TPST, sehingga pemulung kesulitan mencari bahan material di PA.
“Sempat ada komplain dari mereka. Kita cek juga pendapatan mereka dari awal ada penurunan signifikan. Artinya volume sampah yang mereka daur ulang semakin berkurang. Solusinya, sedang kita persiapkan mereka sebagai tenaga pemilah di TPST jadi berperan juga agar bisa mengerem tumpukan sampah dan beban TPA Peh yang saat ini sudah luar biasa,” pungkasnya. (ara,dha)