Kesehatan

Kendalikan Penyakit Chikungunya dari Rumah Tangga

DENPASAR – Desa Gumbrih merupakan salah satu desa di Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Secara demografi, desa seluas 16,27 km2 ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.610 jiwa dengan kepadatan 145 jiwa/km2. Wilayahnya yang dekat dengan beberapa titik rawa, membuat desa ini menjadi salah satu desa langganan penyakit chikungunya.

Dosen Public Health Departement FKIK Universitas Warmadewa mengatakan, kasus chikungunya hampir setiap tahun muncul di Desa Gumbrih, terutama ketika memasuki musim pancaroba (Mei – Agustus). Yang mana chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus (jenis nyamuk vektor penyakit demam berdarah).

Adapun gejala klinis khas penyakit chikungunya, yakni demam dan nyeri pada tulang otot, tulang maupun sendiri, disertai sakit kepala, bercak kemerahan pada kulit, lemas, menurunnya nafsu makan, serta mual. Gejala ini biasanya muncul antara 3 – 7 hari setelah digigit nyamuk yang membawa virus bersangkutan. Namun demikian, chikungunya merupakan penyakit self limiting disease yang akan pulih dalam tujuh hari setelah gejala nyeri sendi/tulang yang pada sebagian kasus dapat berlangsung berbulan-bulan.

BACA JUGA: 

Di Desa Gumbrih sendiri, sejumlah tindakan preventif sebenarnya telah dilakukan. Misalnya dengan mengutus Juru Pemantau Jentik (Jumantik) serta melakukan fogging dengan fokus di setiap kasus dilaporkan. Namun demikian, hal tersebut tetap harus disertai dengan peningkatan keterampilan dan pengetahuan masyarakat umum dalam melakukan pemantauan jentik. Tujuannya tiada lain adalah agar kasus chikungunya tidak lagi mengalami kenaikan di musim pancaroba.

Kaitan dengan itulah, maka belum lama ini pihaknya melakukan kegiatan pemberdayaan ibu-ibu PKK di Desa Gumbrih yang anggota keluarganya pernah terjangkit chikungunya. Untuk kemudian menjadi kader dalam penanggulangan chikungunya pada lini terkecil.

Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui metode pelatihan dan pendampingan berupa pendidikan kepada ibu-ibu PKK agar terampil dalam mengidentifikasi vektor dan jentik. Hal itu dilakukan secara berkelanjutan dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan pengisian buku log surveilans pemantauan jentik. Monitoring dan evaluasi dilakukan  oleh tim pengabdian secara berkala sesuai dengan form disiapkan.

Melalui kegiatan tersebut, selanjutnya diharapkan dapat memberikan implikasi positif terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Dengan harapan agar hal tersebut dapat berdampak pada meningkatnya Angka Bebas Jentik (ABJ) dan penurunan angka insiden chikungunya. (adi,dha)

 

 

Back to top button