Armada pengangkut limbah medis
DENPASAR – Pengelolan limbah medis ditengah pandemi Covid-19 menjadi perhatian serius pihak RS Sanglah Denpasar. Dalam sehari RS Sanglah menghasilkan limbah medis rata-rata sekitar 1 ton perharinya, kategori infeksius dan non infeksius.
Menangani berton-ton limbah medis yang dihasilkan setiap harinya maka tidak heran RS Sanglah melakukan pengawasan intens terhadap pihak ketiga (rekanan) yang melakukan pengelolaan limbah medis.
“Rata-rata limbah medis sebanyak 1.000 kilogram yang kami (RS Sanglah) hasilkan perharinya. Dalam pengelolaan limbah medis melibatkan pihak ketiga yang telah dilakukan mulai 2016,” jelas Direktur Perencanaan organisasi dan Organisasi Umum RS Sanglah berkaitan dengan limbah medis bersama dr. Ni Luh Dharma Kerti Natih, MHSM, Selasa (24/11/2020).
Limbah medis baik padat, cair maupun gas, telah dikelola dengan baik dengan didukung SOP serta SDM yang mumpuni. Pengelolan limbah di RS Sanglah ditangani unit pelayanan. Limbah medis dihasilkan bisa dari rawat inap pasien, IGD, ruang operasi dan ruangan pasien lainnya.
Di RS Sanglah memiliki penyimpanan untuk limbah medis tersebut sebelum diangkut pihak ke tiga.
“Tentu pihak ketiga akan mengolah limbah tersebut karena kami tidak bisa mengolahannya sendiri,” ucapnya.
Dikatakan, sejak tahun 2016 lalu RS Sanglah telah melakukan kerjasama dengan PT. Putra Restu Ibu Abadi (PRIA) untuk penanganan limbah medis. RS Sanglah menilai PT. Pria sebagai salah transporter sekaligus pengelola limbah yang melakukan pengelolaan secara prosedur hukum dan profesional. Agar keberadaan limbah medis tersebut benar-benar tertangani dengan baik.
Pemilihan pihak ketiga tersebut tetap dilakukan dengan prosedur tidak sembarangan. Harus ada izin UKL dan UPL , termasuk perizinan pengakuan limbah medis. Setiap pengangkutan limbah selalu cek manifest.
“Staf kami melakukan monitor mulai dibawa limbah tersebut sampai ditempat tujuan. Bahkan memastikan pengelolaan limbah medis. Setiap 6 bulan sekali pihak RS Sanglah melakukan pengecekan langsung ke tempat pengolahan limbah. Jadi pihak PT. Pria yang membawa kami langsung mengecek soal pengelolaan limbah medis,” katanya.
Luh Dharma Kerti Natih menyebut pihak ketiga dalam hal ini PT. Pria telah memiliki sistem agar limbah-limbah tersebut benar-benar sampai ditempat pengolahan dengan baik. Misal memberikan manifest, titik ordinat transposter selalu dilaporkan saat limbah dalam pengakutan.
Limbah medis tersebut dikirim keluar Bali tepatnya di daerah Mojokerto, Jawa Timur dan pengangkutan tidak pernah lewat dari 2×24 jam. Transporter selalu melaporkan ketika telah tujuan pengolahan limbah medis.
Dia menambahkan, terkait pengawasan juga sangat ketat dilakukan mulai dari Kemenkes, Kementerian LHK, karena RS Sanglah dibawah naungan pemerintah pusat.
“Selama ini kami belum temukan penyimpanganpengelolaan limbah medis dari PT. Pria. Ya kami berharap kerjasama ini tetap terjalin dengan baik. Tidak hanya dari kami RS Sanglah ikut mengawasi melainkan kesadaran dari pihak rekanan,” pungkasnya. (jon)