BULELENG – Geliat eksponen masyarakat untuk beraktivitas seolah tak terbendung. Setelah hampir tiga bulan melaksanakan imbauan pemerintah yakni sosial dan physikal distancing untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19, warga masyarakat mulai jenuh dan bertekad menghadapi Covid-19. Tidak hanya pedagang keranjang Made Pangkat dari Desa Sidetapa, petani jeruk asal Desa Dencarik Kecamatan Banjar juga menyatakan kesiapan untuk menyambut Gerakan New Normal.
“Covid-19 ini harus dihadapi sebagai anugrah tuhan, Hyang Widhi bagi kita semua. Seperti halnya jeruk ini, Jeruk Covid-19 Dencarik, anugrah tuhan setelah sekian lama Buleleng tidak lagi produksi jeruk seperti era tahun 1980-an,” ungkap Made Suweta, Senin (01/6/2020) di sela-sela panen jeruk Covid-19 Dencarik di Banjar Dinas Bingin Desa Dencarik Kecamatan Banjar.
Pengembangan Jeruk Covid-19 Dencarik, kata Suweta, diharapkan dapat menjadi salah satu dari motivasi GNN khususnya di Kabupaten Buleleng. “Terlebih lagi bagi saudara kami di Desa Bondalem dan Tejakula, bagaimana varietas jeruk yang kami kembangkan secara organik, menggunakan pupuk kandang yang diproduksi Koperasi Sari Nandini Desa Dencarik dari perternakan sapi, seminimal mungkin menggunakan zat kimia, kecuali untuk penanganan hama,” jelas pensuinan Dinas Kehutanan Provinsi Bali ini meyakinkan.
Dari hasil konsultasi dan juga pendampingan petugas Balai Benih Penelitian Pertanian, pohon jeruk seluas 20 are yang dikembangkan sejak 4 tahun silam ini, dinyatakan sehat dan belum ada gejala terjangkit virus citrus vein phloem degeneration (CVPD). “Cuma memang harus bisa dipertahankan organiknya, sehingga pertumbuhan dan imunnya kuat,” tandasnya.
Suweta yang juga aktif sebagai anggota dewan penasehat Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Buleleng ini berharap, pengembangan varietas jeruk Covid-19 Dencarik ini mendapat perhatian dari instansi terkait, salah satunya dari BBLP maupun Dinas Pertanian Provinsi maupun Kabupaten. “Terutama dalam hal penelitian lanjutan terkait kekebalan varietas jeruk Covid-19 Dencarik terhadap virus vein phloem degeneration (CVPD). Jika jeruk ini dinyatakan bebas dari CVPD, tentunya akan bisa membantu saudara-saudara kita di Desa Bondalem dan juga Tejakula untuk membangkitkan kembali kejayaan Jeruk Sumaga Buleleng,”tandasnya.
Suweta berharap, produksi 300 pohon jeruk dengan umur 4 tahun dan hasil mencapai 6 ton ini dapat terus dikembangkan dan mendapatkan lesensi serta penjaminan paska produksi maupun pemasaran dari pemerintah. (kar)