BADUNG – Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) mendeklarasikan gerakan anti bullying pada Sabtu (25/11/2023). Deklarasi menghiasi gelaran 71st Continuing Orthopaedic Education (COE 71), yang diselenggarakan selama lima hari dari tanggal 21 hingga 25 November 2023 lalu.
Ketua Panitia COE 71 PABOI, Dr. dr. I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna, SpOT (K) menjelaskan, ada berbagai kegiatan yang terangkum dalam gelaran COE 71. Di antaranya yakni simposium, seminar, workshop, dan pengabdian masyarakat. Melalui gelaran tu pula, juga diperkuat pemahaman terhadap pendidikan ortopedi yang bermartabat dan bersifat saling menghargai tanpa bullying. “Kita anti bullying untuk pendidikan residen di ortopedi,” ungkapnya.
Sebagai tanda dari deklarasi tersebut, dilakukan penandatanganan komitmen pendidikan profesional dan bermartabat oleh seluruh program studi ortopedi dan traumatologi di seluruh Indonesia.
Komitmen tersebut dipandang sangat penting dalam rangka menanamkan bahwa dokter ortopedi adalah profesi yang saling menghargai dan menghormati. Tidak hanya antar dokter saja, melainkan dengan seluruh profesional serta pasien.
Dituturkannya pula, aksi bullying merupakan sesuatu hal yang sangat memungkinkan terjadi dalam proses pendidikan. Karenanya, deklarasi tersebut dilakukan tidak lain adalah agar hal tersebut tidak terjadi.
Sementara itu, Ketua PABOI/IOA Prof. Dr. dr. Ismail HD, SpOT (K) tidak memungkiri bahwa perundungan antara dokter senior dan junior merupakan hal yang masih kerap terjadi. Padahal, dalam proses pendidikan, seharusnya saling menghargai dan menghormati.
“Kami menghargai dan sangat tidak setuju dengan adanya penekanan yang sifatnya bullying. Kami anti-bullying di pendidikan residen ortopedi. Kami harus menegaskan itu,” sebutnya.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Kolegium PABOI, Prof. Dr. dr. Dwikora Novembri SpOT (K). Aksi bullying dalam pendidikan dokter spesialis biasanya terjadi di luar kegiatan akademik. Contohnya, seorang senior meminta juniornya membelikan sesuatu sekaligus membayarnya langsung.
Selain deklarasi bertajuk Continuing Professional Development – Empowering Interpersonal Appreciation and Dignity in Orthopaedic Residency, pihaknya juga menyebut telah membuat sistem dengan sebaik-baiknya. Termasuk dalam penerimaan dokter ortopedi melalui penggunaan tes MMPI. “Environment kita sudah sangat bagus, sehingga semoga tidak ada bullying di dokter spesialis ortopedi,” pungkasnya. (adi,dha)
