BADUNG – Usulan pembangunan jalan alternatif bagi warga kawasan Suwung Lemo, Tanjung Benoa, belum juga ada tanda-tanda segera terealisasi. Karenanya, hal itupun kembali diajukan melalui pelaksanaan Musrenbang Kelurahan Tanjung Benoa tahun ini.
Seorang tokoh masyarakat setempat, I Wayan Deddy Sumantra mengungkapkan pembangunan jalan tersebut sangatlah diharapkan. Karena selama ini warga Suwung Lemo seolah masih terisolir. “Ini sangat dibutuhkan warga,” sebutnya.
Menurut dia, ada sejumlah manfaat dari terwujudnya akses alternatif melintasi kawasan Tahura itu. Pertama, yakni berkenaan dengan kelancaran aktivitas adat dan budaya yang dilaksanakan, utamanya ketika ada warga yang kelayusekaran alias meninggal dunia.
Dijelaskan dia, selama ini proses menggotong mayat menuju Setra (kuburan) biasa dilakukan melalui dua jalur. Yakni sebuah jalan sempit yang melintasi desa tetangga (Desa Adat Tengkulung), atau melalui kawasan hutan mangrove. “Jadi kita harus tunggu air benar-benar surut terlebih dahulu. Kalau tidak juga surut, walau air pasang, ya terpaksa diterobos,” bebernya.
Manfaat lainnya, ungkap pria yang juga Ketua Forum Penanggulangan Risiko Bencana (FPRB) Kelurahan Tanjung Benoa tersebut, adalah berkenaan dengan kebutuhan akses evakuasi jika terjadi bencana. “Jadi jalur yang kami usulkan ini adalah jalur khusus untuk kepentingan masyarakat di sana. Seperti untuk kebutuhan adat dan evakuasi kebencanaan,” imbuhnya sembari berharap agar itu dapat segera terealisasi.
Terpisah, Bendesa Adat Tanjung Benoa, Made ‘Yonda’ Wijaya yang juga Wakil Ketua II DPRD Badung mendorong agar pihak terkait lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Apalagi usulan tersebut sudah beberapa kali diajukan dan dibahas. Sebagai bendesa sekaligus dewan, Yonda memastikan bahwa dirinya akan senantiasa menyuarakan hal tersebut. (adi)