BADUNG – Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyebut bahwa wilayah Selatan Bali relatif aman dari potensi Megathrust. Hal tersebut didasarkan atas pengamatan kegempaan selama ini. “Berdasarkan pengamatan kegempaan di Selatan Bali, secara umum relatif aman dengan didominasi gempabumi magnitudo 3–4,” sebut Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho melalui siaran pers, Selasa (20/8/2024).
Informasi potensi gempa Megathrust yang berkembang saat ini, ditegaskan dia, bukanlah prediksi atau peringatan dini. Dengan demikian, maka masyarakat diharapkan tidak memaknai secara keliru seolah akan terjadi dalam waktu dekat. Karenanya, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas normal sebagaimana biasa. Baik itu aktivitas melaut, berdagang, ataupun berwisata di pantai. “Jika merasakan gempabumi kuat dengan durasi yang lama, segera keluar rumah dan menjauhi pantai,” sebutnya mengarahkan.
Dijelaskan dia, sejarah memang mencatat bahwa gempabumi besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757 (usia seismic gap 267 tahun) dan gempabumi besar terakhir Mentawai-Siberut terjadi pada tahun 1797 (usia seismic gap 227 tahun). “Artinya, kedua seismic gap tersebut perioditasnya sudah lama,” sambungnya.
Para ahli, kata dia, menduga bahwa zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut merupakan zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Seismic gap ini harus diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu. “Potensi gempabumi pada Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut bukan hal baru, bahkan sudah ada sejak sebelum terjadi gempa dan tsunami Aceh 2004,” ungkapnya.
Dibeberkannya pula, berkenaan dengan statement BMKG : Gempabumi di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut ‘Tinggal Menunggu Waktu’ yang telah disampaikan sebelumnya, adalah dikarenakan gempa besar yang sudah ratusan tahun tidak terjadi pada kedua wilayah bersangkutan. Namun demikian, itu bukan berarti akan segera terjadi gempa besar dalam waktu dekat.
“Dikatakan ‘tinggal menunggu waktu’ disebabkan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar. Sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, hingga saat ini belum terjadi,” imbuhnya sembari mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat memprediksi gempabumi secara tepat dan akurat. Baik itu berkenaan dengan kapan terjadinya, dimana, dan berapa kekuatannya. (adi,dha)