foto: kegiatan ‘Refleksi Akhir Pengembangan Perpustakaan Ramah Anak’ yang digelar YLAI bersama 64 sekolah dasar pendampingan di Kota Denpasar.
DENPASAR – Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) menggelar acara akbar bertajuk ‘Refleksi Akhir Pengembangan Perpustakaan Ramah Anak’, Jumat (16/6/2023). Acara ini diselenggarakan bersama 64 sekolah dasar pendampingan di Kota Denpasar, bertempat di SDN 9 Padangsambian, Denpasar.
Perpustakaan ramah anak yang telah beroperasi di
sekolah-sekolah tersebut sejak September 2022 yang dikembangkan oleh YLAI atas dukungan sebuah lembaga nirlaba dunia, Room to Read.
Koordinator acara, Annisa Luthfi dari YLAI, menjelaskan bahwa acara akbar ini bertujuan
untuk mengakhiri Program Pengembangan Perpustakaan Ramah Anak yang diimplementsikan di 64 sekolah dasar tersebut. Dalam acara ini, didiskusikan pula tentang langkah strategis lanjutan demi menjaga keberlangsungan program bersama elemen terkait.
Annisa Luthfi menambahkan bahwa salah satu program kunci YLAI dalam meningkatkan
minat, kemampuan, kebiasaan, dan kecintaan anak dalam membaca.
Acara ini dihadiri oleh 189 pendidik yang terdiri atas kepala sekolah, guru dan pustakawan
dari sekolah-sekolah pendampingan. Hadir pula dalam acara ini perwakilan dari Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Denpasar, Ibu Purnami dan Ibu Made Aryuningsih,
serta perwakilan dari Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Kota Denpasar, Ibu Desak
G. Risna Ardani.
Pada kesempatan ini, para guru, pustakawan, dan kepala sekolah berkesempatan berbagi
pengalaman mereka dalam mengelola perpustakaan ramah anak di sekolah masing-masing.
Perpustakaan-perpustakaan tersebut adalah hasil pendampingan YLAI selama kurang lebih
10 bulan. YLAI mendampingi setiap sekolah terpilih mulai dari penataan ruang perpustakaan, penambahan koleksi buku, manajemen perpustakaan, dan penguatan kapasitas guru dan tenaga kepustakawanan dalam mengelola dan mengadakan kegiatan membaca rutin di perpustakaan.
Pustakawan SDN 12 Kesiman, Ni Luh Kartika, berbagi pendapat mengenai antusiasme siswa untuk meminjam buku, karena perpustakaan sekolah kini sudah berubah, lebih nyaman, dan tidak lagi seperti gudang.
Dia juga menambahkan pentingya koleksi buku yang menarik, selalu terbarui, dan tersusun dengan rapi yang semuanya turut menambah nuansa
nyaman bagi semua siswa.
Sementara itu, perwakilan guru SDN 3 Serangan, Ibu Ketut Ari Asmini, berbagi mengenai perubahan drastis yang dialaminya dari kemampuan membaca
siswa yang tadinya tidak mengenal huruf dan hanya bisa membaca satu-dua kata, sekarang telah mampu membaca semenjak perpustakaan sekolah mengalami penataan ulang.
Salah satu momen menarik dari acara refleksi ini adalah ketika para pendidik berbaur tanpa
batas dalam menggali ide menjaga keberlangsungan perpustakaan mereka setelah YLAI tdak lagi memberikan pendampingan. Ide-ide mereka ditampilkan dalam bentuk infografis
yang menarik dan dipresentasikan dengan penuh antusias.
Seluruh pendidik berharap agar ide-ide cemerlang mereka akan terimplementasikan dengan baik di sekolah masing-masing dan seluruh Perpustakaan Ramah Anak yang telah mereka kembangkan dan kelola dapat terjaga keberlangsungannya. (dha,rls)