KUTA – Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Legian Wayan Puspa Negara mempertanyakan penyelesaian pengerjaan penataan alur Tukad Mati Legian. Ia menilai kondisi di lapangan tidak sesuai dengan ditampilkan dalam gambar proyek.
“Kami minta siapapun yang mempunyai proyek ini agar bisa segera turun ke lokasi. Tentunya dengan tetap mengikuti protokol Covid-19. Kami tunggu,” tegas Puspa Negara, Senin (25/5/2020).
Ia menyoroti finishing proyek karena masih banyak ditemukan buis serta tidak ada pohon maupun tanaman hias pada area taman. Yang ada, hanyalah gundukan tanah. “Kiranya mohon dibantu. Masyarakat rebut dan mempertanyakan apakah ini tanggung jawab Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWSBP) atau Pemerintah Kabupaten Badung ? karenya nyatanya, Tukad Mati Legian masih belum rapi sesuai rencana,” sentilnya.
Padahal, lanjut Puspa Negara, alur Tukad Mati Legian sangatlah berpotensi dijadikan sebagai obyek wisata alternatif. Bahkan, pihaknya mencanangkan menjadikan destinasi interaktif di era New Normal Tourism nanti. “Kami berharap bapak-bapak turun ke lokasi untuk melihat kondisi faktualnya,” tandasnya.
Dikonfirmasi terkait hal itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Sungai Pantai I BWSBP Ketut Asmara Putra mengatakan, proyek Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Tukad Mati di alur Legian sesungguhnya sudah rampung dikerjakan oleh pihaknya pada akhir Desember 2019 lalu. Kaitan dengan taman dan perindang, berdasarkan kesepakatan yang telah dilakukan dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung sebelumnya, itu notabene merupakan ranah Pemerintah Kabupaten Badung. “Untuk tanaman dan taman perindang itu dari pihak DLHK Badung yang menyiapkan. Kita hanya menyiapkan tempat penanamannya berupa buis, dan itu sudah terpasang,” ujarnya.
Kendati demikian, ia tetap berupaya untuk ikut mengatensi pertanyaan-pertanyaan dari warga Legian tersebut. Salah satunya dengan cara berkoordinasi dengan PPK terdahulu. Mengingat dirinya tergolong masih baru menempati jabatan saat ini. (adi)