GIANYAR – I Nyoman Nata merapikan kayu yang selama ini dipakai sekat los di Pasar Umum Gianyar, Minggu (17/5/2020). Ia bersama pedagang lainnya sibuk melakukan pembongkaran sekaligus pengosongan barang dagangan menjelang revitalisasi.
“Sudah dari lima hari lalu melakukan pembongkaran dan mengepak barang karena tanggal 24 ini harus sudah bersih,” kata pedagang asal Desa Temesi, Gianyar, yang salama ini berjualan kain.
Pedagang kain lainnya yaitu Ketut Suarsa mengaku sudah seminggu tidak berjualan dan kios di tempat relokasi belum selesai dibangun dan ditata. Kalaupun menjajakan dagangan, pembeli sepi karena pandemi Covid-19.
Berbeda halnya dengan Ibu Wayan yang memilih belum melakukan pembongkaran dengan alasan masih berjualan. “Belakangan saja agar bisa berjualan untuk ongkos bongkar,”kata perempuan asal Karangasem ini.
Disinggung biaya pembongkaran, Ibu Wayan yang lama tinggal di Gianyar itu menyebutkan berkisar Rp 500 – Rp 600 ribu. Ia mengaku tidak mendapat kompensasi karena yang disewa los terbuka. Kendati demikian, ia masih bersyukur karena mendapat undian kios di lokasi relokasi. “Biaya Rp 500 Ribu itu untuk bongkar ini semua karena saya pakai roling door. Rata-rata semua pedagang demikian,”ungkapnya.
Situasi pandemi Covid-19 ini diakui Ibu Wayan cukup berat karena pembeli sepi. “Biasanya dapat jualan 3-5 kain, sekarang benar-benar sepi. Berat kalau situasi seperti ini,”lirihnya.
Sementara, Kepala Dinas Industri dan Perdagangan Gianyar Luh Gede Eka Suary menegaskan, sejak awal sudah disepakti tidak ada kompesasi terutama untuk los terbuka. Pedagang bisa menyekat sendiri losnya asalkan tidak menganggu pedagang sebelahnya. “Pembongkaran itu tanggung jawab pedagang sendiri karena dari dulu yang disewa los terbuka, bukan berisi tebeng-tebeng (sekat),”tegasnya. (jay)