Jumpa pers Rare Bali Festival (RBF) Senin (22/7/2024). RBF bakal digelar Selasa dan Rabu, 23-24 Juli bertempat di Taman Budaya, Art Centre Bali,
DENPASAR – Orang tua di jaman sekarang terlalu sibuk, sehingga tak pernah menyempatkan diri untuk bercerita kepada anak-anaknya. Nah Anak-anak sekarang pun pasti jarang, bahkan tak pernah melakukan permainan tradisional atau melantunkan gending-gending rare (lagu anak-anak Bali). Termasuk pula mendengarkan satwa (cerita), dongeng sebelum tidur. Maklum, orang tua sekarang tidak memiliki budaya mendongeng.
Jika, jika ingin mengenal semua budaya anak itu, datanglah ke “Rare Bali Festival” (RBF) yang bakal digelar Selasa dan Rabu, 23-24 Juli bertempat di Taman Budaya, Art Centre Bali. Selama dua hari, festival ini akan dimeriahkan dengan permainan tradisional, menyanyi melantunkan gending-gending rare serta disemarakan dengan kegiatan mendongeng.
Kabag Prokopim Kota Denpasar, Cokorda Gede Partha Sudarsana mengatakan, berkembangnya teknologi seperti adanya gadget membuat budaya mesatua semakin jarang dilakukan anak-anak. “Saya berterima kasih dan bersyukur, Yayasan Penggak Men Mersi membuat festival yang secara khusus menyajikan permainan, mendongeng dan megending rare,” ucap Kabag Cok Partha saat jumpa pers di Taman Budaya Bali, Senin (22/7/2024).
Budaya anak jaman dulu itu wajib diperkenalkan kepada anak-anak sebagai upaya untuk membentuk karakter anak, sehingga ini akan mencapai tujuan mereka. “Kami mensupport RVF untuk pendidikan anak yang dilakukan oleh Penggak Men Mersi sebagai upaya memberikan pendidikan karakter pada anak,” tegasnya.
Gede Tarmada mengaku terharu dengan festival yang memperhatikan Made Taro, sosok yang konsisten dengan melestarikan permainan tradisional, mendongeng dan megending rare. Sebagai pengasuh Sanggar Kukuruyuk dan generasi penerus kegiatan permainan tradisional ini, Tarmada mengatakan mesatua, megending dan bermain tradisional sering dianggap remeh.
Padahal, semua itu memberikan pendidikan karakter. Maka itu, sebagai anak Pekak Taro, ia mengaku senang dan bangga dengan festival yang digagas Penggak Men Mersi ini. “Jujur, kami terharu terhadap perhatian Penggak Men Mersi terhadap Pekak Taro. Bahkan, dengan dorongan yayasan ini Pekak Taro juga menciptakan permainan tradisional untuk anak-anak disabilitas,” ungkapnya.
Ketua Yayasan Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita lalu membenarkan, permainan tradisional dan dongeng adalah tradisi budaya yang banyak mengandung nilai-nilai luhur. Saat ini permainan tradisional dan dongeng sering dianggap sebagai warisan masa lampau (jaman old) yang tidak penting bagi generasi baru (jaman now).
Hadirnya Gadget yang menyajikan berbagai permainan berbasis digital membuat permainan tradisional dan dongeng menjadi kehilangan ruang dan peminatnya. Padahal permainan tradisional dan dongeng memiliki manfaat terhadap pendidikan karakter dan mental anak usia dini.
Seperti bersikap sportif, jujur, disiplin, kreatif, tanggung jawab, sopan santun, saling menghargai, dan saling menolong. “Permainan tradisional memiliki peran penting untuk olah pikir (kecerdasan otak), olah rasa (kecerdasan emosional), olah budi (kecerdasan spiritual), dan olahraga (kesehatan fisik),” jelasnya.
Selain kehilangan peminat, jumlah para guru atau maestro yang mengetahui jenis-jenis permainan tradisional dan dongeng sudah sangat terbatas. Made Taro yang akrab disapa sebagai Pekak (kakek) Taro yang tiada lain adalah maestro permainan tradisional dan dongeng di Bali juga telah berada pada usia yang mulai uzur. “Karena itu, Penggak Men Mersi melakukan pendokumentasian secara cepat dan kreatif untuk mendenyutkan kembali permainan tradisional dan mendongeng agar mudah, asik, dan diminati oleh generasi,” paparnya.
RBF digelar dalam rangka aktualisasi program Dana Indonesiana, LPDP, Kemendikbud RI tentang Dokumentasi Karya Maestro Made Taro sebagai sosok pelestari budaya anak. Selain itu, juga dimaksudkan untuk merayakan Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2024. “Melalui cara kreatif ini diharapkan anak-anak suka permainan tradisional,” ungkapnya.
Ketua Panitia, Putu Suryadi menuturkan, untuk dokumentasi maestro Made Taro diterjemahkan menjadi pembuatan 3 video tutorial maplalianan (bermain) yang diciptakan oleh Made Taro. Ketiga video tutorial ini terdiri dari keranjang duren (permainan untuk anak perempuan), Kulkul (permainan untuk anak laki-laki), dan pompongan (permainan untuk anak disabilitas). Video tutorial ini akan disebarluaskan untuk generasi.
RBF 2024 memiliki ragam kegiatan seperti parade budaya anak, workshop, lomba, pergelaran, pameran, dan sarasehan. “Selama 2 hari, RBF 2024 akan melibatkan sedikitnya 1.000 lebih anak-anak dari TK hingga SMP yang dikoordinasikan s oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Denpasar,” paparnya. (sur,dha)