KUTSEL – Tim Osaki Jepang melakukan kunjungan ke TPS3R Tanjung Benoa, Selasa (22/8/2023). Dalam kunjungan, juga dilakukan diskusi dan sharing pengetahuan tentang pengelolaan sampah.
Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung, AA Gede Dalem menuturkan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari kerja sama Jepang dengan Indonesia. Yang mana saat ini, Bali juga dijadikan sebagai sebuah pilot project.
Berkenaan dengan itu, belum lama ini ada beberapa orang dari Bali yang diberangkatkan menuju Osaki, Jepang. Dan Badung sendiri, mengirim dua kader dari Tanjung Benoa.
“Di sana kita diajarkan hal-hal riil yang sesungguhnya tidak susah, tapi harus ada kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pengusaha,” bebernya.
Dijelaskannya, inti dari pengelolaan sampah sesungguhnya adalah mengurangi sampah menuju TPA. Yang mana sampah di TPA, hanyalah berupa sampah-sampah residu.
“Sampah itu komponennya 70 persen adalah organik, seperti sisa makanan dan hasil rambasan. Seperti yang dilakukan oleh Jepang, itu bisa diolah menjadi kompos dan makanan ternak. Sementara 30 persen sisanya, 15 persen di antaranya adalah sampah bernilai seperti botol dan gelas plastik. Nah, yang sekarang menjadi persoalan adalah 10 sampai 15 persen residu ini seperti popok, pembalut, dan putung rokok,” jelasnya.
Tidak dipungkirinya pula, kesadaran memang merupakan hal penting dalam hal pengelolaan sampah. Namun di sisi lain, pembangunan infrastruktur tetaplah wajib untuk dilakukan.
“Sebelum masyarakat sadar, memang infrastruktur harus kita bangun. Pertama darurat sampahnya harus kita tangani, karena kalau masih kacau maka masyarakat bisa semakin tidak percaya,” sebutnya.
Seperti di Osaki, pemilahan sampah katanya sudah dilakukan di setiap rumah tangga. Bahkan sebelum disetorkan, sampah-sampah plastik khususnya, melalui tahapan pencucian terlebih dahulu.
“Itu semua kalau sudah terpilah dan bersih, itu semua bukan sampah lagi namanya. Tapi bahan recycle atau daur ulang. Yang namanya sampah, hanyalah residu itu,” imbuhnya.
Terpisah, Bendesa Adat Tanjung Benoa, Made ‘Yonda’ Wijaya, menyambut positif datangnya Tim Osaki Jepang tersebut. Melalui program tersebut, diharapkan ada transfer ilmu untuk kemudian diimplementasikan dalam pelaksanaan TPS3R.
“TPS3R di Tanjung Benoa ini baru dua tahun, jadi masih ada waktu bagi kita untuk terus berbenah melalui ilmu yang didapat,” ucapnya.
Kehadiran Tim Osaki Jepang, sambung Yonda, sekaligus merupakan pecut penyemangat untuk menjadi lebih baik lagi. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah masing-masing dengan baik.
“Apalagi daerah kita adalah daerah pariwisata, di bawah pemerintahan sipapun nanti, program ini harus tetap kita genjot menjadi yang utama,” tegasnya. (adi/jon)