Pj.Gubernur Bali Mahendra Jaya bersama Sekda Dewa Indra dan Kadisbud Bali Arya Sugiartha turut serta menyurat aksara Bali dalam pembukaan BBB VI, di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Bali, Sabtu (1/2/2025).
DENPASAR – Sebanyak 500 siswa mulai dari SMP, SMA/SMK hingga Perguruan Tinggi kembali ambil bagian dalam Ustsawa ( festival ) Nyurat dan Ngetik Aksara Bali di lantai bawah Gedung Ksirarnawa,
Taman Budaya Bali, Sabtu (1/2/2025). Nyurat aksara dan Ngetik menggunakan keyboard yang telah menggunakan huruf atau aksara Bali tersebut mengawali kegiatan Bulan Bahasa Bali (BBB) VII yang dibuka Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya. Pembukaan BBB ditandai dengan mengangkat tinggi-tinggi bola dunia sebagai simbol alam semesta, dan akan berlangsung selama satu bulan penuh. Pj Gubernur menjelaskan festival sebulan penuh merupakan bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Bali dalam menjaga dan memajukan bahasa, aksara, dan sastra Bali. BBB merupakan wujud implementasi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan BBB. Mahendra Jaya menegaskan nilai-nilai luhur orang Bali termuat dalam lontar-lontar yang menggunakan bahasa Bali.
Dengan nilai-nilai itu, Pj Gubernur menyebut bahasa Bali telah menjadi inspirasi masyarakat dunia.“Selain digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa Bali sarat nilai-nilai universal,” ujarnya.
Pj Gubernur mengajak masyarakat Bali ikut melestarikan penggunaan bahasa Bali sebagai warisan leluhur orang Bali. Ia menyebut penggunaan bahasa Bali dimulai dari lingkup keluarga, sekolah, tempat kerja, dan wajib pada acara-acara adat di Bali. BBB ke-7 tahun 2025 mengangkat tema ‘Jagat Kerthi – Jagra Hita Samasta’, bermakna Bulan Bahasa Bali menjadi altar pemuliaan bahasa, aksara, dan sastra Bali sebagai sumber kesadaran menuju harmoni semesta raya. Perhelatan BBB terus berinovasi agar selaras dengan perkembangan zaman.
BBB VII Tahun 2025 dipolakan menggunakan terobosan inovatif dengan pengaplikasian Ekosistem Kerangka Statistik Budaya (KSB) dengan menata BBB melalui kelima standar Ekosistem KSB di atas, maka BBB akan menjadi lebih hidup dan dinamis. Pj Gubernur berharap seluruh masyarakat Bali ikut memeriahkan BBB ke-7 Tahun 2025.
Tidak hanya pemerintah tapi juga seluruh masyarakat Bali, mulai di desa adat, desa dinas, lembaga pendidikan, hingga swasta. “Bulan Bahasa Bali menjadi wahana membumikan bahasa Bali sehingga hidup dalam jiwa setiap orang Bali.Mari lestarikan bahasa, aksara, dan sastra Bali untuk menggapai dunia,” pungkas Pj Gubernur.
Ajang BBB VII menyajikan Utsawa (Festival), Wimbakara (Lomba), Sasolahan (Panggung Apreasiasi Sastra), Widyatula (Seminar), Kriyaloka (Workshop), Rekaaksara (Pameran), dan Bali Kerthi Nugraha Mahottama. Kepala Dinas Kebudayaan Bali Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha BBB bertujuan untuk mengajak para yowana Bali mengenal nilai-nilai luhur para tetua Bali. Nilai-nilai itu menjadi modal besar menghadapi tantangan dunia saat ini. BBB ke-7 Tahun 2025 dikemas lebih kekinian dibanding penyelenggaraan-penyelenggaraan sebelumnya.
Kadisbud menyebut BBB ke-7 akan digarap dengan ekosistem yang konseptual, dinamis, dan kreatif guna menarik perhatian kalangan muda Bali. Mata acara BBB seperti lomba, akan melibatkan penggunaan platform digital seperti media sosial.
Dalam lomba pembuatan film pendek berbahasa Bali misalnya, akan melibatkan penggunaan media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok dan pembuatan poster. Pemanfaatan teknologi yang dekat dengan generasi muda saat ini diharapkan lebih mendekatkan anak muda dengan konten bahasa Bali.
Seniman karawitan ini menuturkan, pihaknya menciptakan maskot BBB baru yang lebih dinamis dan agresif. Desainnya kekinian agar searah dengan ekosistem anak muda saat ini. Selain maskot, untuk merebut hati anak muda Bali ada jingle BBB baru yang mengadaptasi penggunaan teknologi digital.
Terobosan lain yang akan dilakukan yakni melalui produk-produk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang dijual di stan-stan BBB. Produk kuliner misalnya akan menggunakan kemasan yang mengandung aksara, sastra, dan bahasa Bali. Selain itu, aksara Bali juga akan dijumpai pada produk-produk fashion yang dijual.
“Tidak selalu harus bahasa Bali halus, jadi bahasa Bali madya atau andap juga kita masukkan ke dalam konten-konten itu sehingga anak-anak muda semakin mudah dan pada akhirnya semakin cinta membaca menulis aksara dan bahasa Bali,” ujar mantan Rektor ISI Denpasar.(sur)