GIANYAR – Tradisi akulturasi budaya dan agama antara Konghucu dengan Hindu Bali menyatu dalam harmoni dan kebersamaan saat piodalan di Cong Poo Kong Bio (konco) Gianyar, pada purnama kapat, Kamis (17/10/2024).
Berdirinya Cong Poo Kong Bio yang menjadi tempat ibadah Konghucu bagi warga Tionghoa di Gianyar sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Menurut cerita secara turun-temurun, Bhatara yang berstana di Pura Ulun Danu Batur melakukan perjalanan suci ke Pantai Masceti, Blahbatuh, Gianyar. Beliau singgah di tempat yang sekarang menjadi lokasi Cong Poo Kong Bio.
Waktu singgah tersebut terjadi hujan hanya di area konco. Maka dari itu, dibangun sebuah pengingat di area yang terjadi hujan dan berkembang menjadi konco seperti saat ini oleh warga keturunan Tionghoa di Gianyar.
Keberadaan Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana yang beralamat di Jalan Dipta No 14A ini erat kaitannya dengan Ratu Subandar di Pura Ulun Danu Batur (dalam mitologi Hindu). Begitu pula dengan keberadaan warga keturunan yang zaman dulu banyak berprofesi sebagai pedagang dan ahli ekonomi.
Dalam pelaksanaan piodalan dan upakara memadukan budaya Tionghoa dan Hindu Bali. Selain tradisi Konghucu yang menggunakan lilin, dupa, dan persembahan lainnya saat piodalan, juga ada banten layaknya piodalan di pura pada umumnya.
Tahun ini, piodalan Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana jatuh pada 17 Oktober 2024 atau setiap tanggal 15 bulan 9 Tahun Imlek atau Purnamaning Kapat dalam sistem kalender Bali.
Upacara berlangsung selama empat hari hingga penyineban pada 20 Oktober mendatang.
Pemuput upacara di Cong Po Kong Bio adalah Bio Kong Sony Cendrawan. Sedangkan Pura Sri Sedana dipuput Ida Pedanda Gede Manuaba dari Griya Kekeran, Pasdalem.
Sebelum puncak piodalan, juga dilangsungkan tari-tarian seperti rejang dewa, baris gede, rejang renteng, rejang sari, tari topeng dan Sidakarya, yang berkolaborasi antara Pemaksan Konco dengan warga Lingkungan Sangging.
Adapun yang dipuja atau berstana di konco ini antara lain Desa Cong Poo Kong (dewa perdagangan) Dewa Kwan Kong (dewa keadilan) Dewa Tan Hu Sin Jin (dewa arsitek) dan Dewa Cai Sen Ya (dewa uang).
Ketua pemaksaan Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana, Gede Sugiharta mengatakan, jumlah pemaksan dari konco ini kurang lebih 120 KK. Sebagian besar warga Tionghoa yang berdomisili di Kecamatan Gianyar.
“Tempat ibadah ini bukan hanya milik umat Konghucu tetapi juga masyarakat yang berkeyakinan untuk melakukan persembahyangan disini,” ujar Gede. (jay)