GIANYAR – Puluhan warung dihiasi lampu kerlap kerlip dengan irama dangdut koplo yang menggema menghiasi pemandangan malam di sepanjang Jalan Bypass Prof. Ida Bagus Mantra, tepatnya di wilayah Banjar Siyut, Kabupaten Gianyar. Terlihat beberapa wanita berpakaian seksi menemani sekumpulan pria sambil meneguk minuman bir.
Siang hari, puluhan warung yang bejejer itu layaknya warung kopi biasa, tetapi tidak banyak yang buka. Sebaliknya, ketika malam tiba, pengunjung ramai berdatangan disambut penuh kehangatan.
Salah seorang pemilik warung menuturkan, lahan yang ditempatinya milik seorang warga Banjar Siyut, termasuk deretan bangunan warung yang bersebelahan dengan tempat usahanya itu.
“Kalo saya sewa satu tempat seharga Rp4 juta. Ada juga yang sewa dua tempat dijadikan satu,” kata perempuan yang mengaku baru tiga bulan menyewa di lokasi.
Dengan harga sewa itu, fasilitas yang didapatkan selain warung juga kamar tidur dan toilet di belakang. Penyewa juga harus mengeluarkan uang tambahan setiap bulan untuk membayar iuran banjar Rp 200ribu dan pecalang Rp 20ribu.
Setiap warung terdapat beberapa pekerja perempuan berjumlah 4-7 orang yang mulai bekerja pukul 20.00 wita.
“Kalau siangnya mereka biasanya masih tidur karena semalaman begadang menemani pengunjung yang datang untuk minum bir,” ujarnya.
“Jika ada yang mau lanjut dikenakan biaya Rp 200ribu. Pemilik warung dapat Rp 50ribu, yang kerja dapat Rp 150ribu,” kata perempuan asal Surabaya ini.
Setiap malam hampir semua pekerjanya mendapat pelanggan. Satu bir yang dijual Rp 80ribu per botol dan biasanya laku sampai dua krat.
Ia mengungkapkan, lokasi di jalur Bypass Siyut lebih aman dan gampang dicari dibanding tempatnya dulu di seputaran Padanggalak, Denpasar.
“Di sini lebih leluasa tempatnya, gampang untuk mampir, kebanyakan sopir truk yang lewat singgah di sini,” ungkap perempuan berstatus janda anak satu ini.
Ia mengaku membuka warung seperti itu hanya untuk biaya hidup dan keperluan anaknya yang berada di Jawa.
“Cari kerja apa lagi mas, susah cari kerja di Jawa sambil mengurus anak. Hasilnya juga gak seberapa, saya sudah beberapa tahun kerja di Bali buka warung ini dan hasilnya lumayan bisa dikirim ke kampung,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Satpol PP Gianyar I Made Watha tidak membantah adanya warung plus-plus di wilayah Siyut. “Dulu sudah pernah kita tertibkan karena ada fasum milik provinsi. Kalau yang sekarang akan kita cek dulu dan berkoordinasi dengan pihak Perbekel dan Desa Adat apakah ada pungutan yang dilakukan sebagai sumber pendapatan desa karena kita harus bersinergitas agar tidak terjadi permasalahan. Terkait bisnis esek-esek akan kita selidiki apakah memang benar ada seperti itu. Jika melanggar pasti akan ditindak,” ujar Watha saat dikonfirmasi, Selasa (15/10/2024). (jay)