GIANYAR – Pemerintah pusat menarget 2.000 hektar tanaman padi di Kabupaten Gianyar ikut asuransi pertanian. Namun, target tersebut tak bisa tercapai di tahun 2023.
Kabid Prasarana dan Sarana Pertanian Distannak Gianyar, Made Suarma menyebut sampai Agustus 2023 baru bisa memenuhi target seluas 80 hektar.
“Yang sudah terealisasi seluas 20 hektar dan sedang dalam proses seluas 60 hektar. Jumlah tahun ini juga tergolong lebih sedikit di banding tahun sebelumnya,”jelas Made Suarma, Selasa (22/8/2023)
Suarma menyebutkan subak yang sudah ikut asuransi tahun 2023, yaitu Subak Lange dan Subak Cau Duur di Desa Sukawati, dengan 56 petani.
Sedangkan asuransi pertanian yang sedang dalam proses ada di Subak Kesian, Gianyar dan Subak Taro di Desa Taro Tegalalang dengan luas keseluruhan 60 hektar. Dimana jumlah petani yang ikut asuransi sebanyak 140an petani.
Petani yang ikut asuransi hanya membayar sebesar Rp 36.000 per hektar dan disubsidi pemerintah Rp 144.000.
Saat terjadi gagal panen dengan luas kerusakan paling sedikit 75%, asuransi diajukan klaim dengan sebelumnya dilakukan pengecekan kerusakan oleh pihak asuransi. Sedangkan bila klaim memenuhi syarat, petani diberikan pertanggungan kerusakan sebesar Rp 6 juta per hektar.
Kondisi ini menunjukan rendahnya minat petani Gianyar untuk ikut asuransi pertanian.
Menurut Suarma, faktor penyebab secara umum karena jarang terjadi gagal panen atau padi yang terserang hama sejenis blass atau tungro dan penyakit lain.
“Di sisi lain, saluran irigasi juga masih normal, sangat jarang kekurangan air dan sistem pemeliharaan tanaman sangat terjaga,” jelasnya.
Suarma mencatat Kasus terakhir tanaman padi gagal panen terserang hama blass terjadi di Tahun 2021 lalu seluas 11 hektar di Kecamatan Tegalalang.
“Ya, kasus terakhir Tahun 2021 seluas 11 hektar, petani sudah mendapat klaim dari Rp 3 juta sampai Rp 6 juta, tergantung tingkat kerusakan tanaman,” tandasnya. (jay)