DaerahEkonomiKlungkungTerkini

Garam Lokal Mulai Langka Petani di Kusamba Sebulan Tidak Produksi

KLUNGKUNG – Kondisi cuaca memberikan pengaruh besar terhadap aktivitas petani garam di Desa Kusamba,Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Hampir sebulan lebih sejak Mei-Juni lalu, petani garam tidak bisa berproduksi lantaran musim hujan.

Akibatnya, garam lokal (Desa Kusamba) langka di pasar-pasar tradisional. Bahkan hingga pertengahan Juli ini, garam Kusamba masih langka. Pedagang akhirnya memilih menjual garam yang didatangkan dari luar Bali.

Penuturan sejumlah petani garam di Desa Kusamba, saat musim hujan Juni lalu hampir semua petani garam di Desa Kusamba sama sekali tidak bisa berproduksi. Petani garam juga tidak punya banyak stok garam. Selama musim hujan berlangsung mereka mengaku mencari pekerjaan lain seperti menjadi buruh bangunan untuk memenuhi keperluan sehari-hari.

“Hampir sebulan lebih sama sekali tidak bisa produksi, hujan terus kadang air laut naik. Stok juga sudah lama habis,” kata salah seorang petani garam Ni Wayan Suarti di temui di Pantai Karangdadi, Rabu (19/7/2023).

BACA JUGA:   Aspiratif, ini Sembilan Nama Calon Bupati dan Wakil Bupati Badung dari PDIP

Sunarti juga mengatakan perubahan iklim membuat waktu bertani garam semakin pendek dan proses pembuatan kristalisasi garam pun akan menjadi semakin lama. Menurutnya saat panas cukup terik, biasanya proses pembuatan garam hanya membutuhkan waktu sehari.

“Pagi antara jam enam hingga jam tujuh kami siramkan air laut, siang sekitar jam dua belas sudah panen, lalu dipindahkan ke palung untuk kristalisasi,”ungkap ibu tiga anak ini.

Sejak seminggu ini Suarti bersama petani garam lainnya sudah bisa memulai berproduksi. Namun belum bisa berjalan normal.

“Karena panas mataharinya belum begitu full,sekarang dua hari sekali baru bisa panen. Biar bisa jalan dulu,karena kemarin lama tidak bisa berproduksi,” imbuh Suarti.   

BACA JUGA:   Struktur Tanah Goa Jepang Labil, Kadis PU : Hati-Hati Rawan Longsor !

Hal serupa dikatakan Ni Nengah Namprug, petani garam belum bisa berproduksi normal karena faktor cuaca belum normal. Padahal kata dia, harga garam saat ini cukup bagus garam yang proses kristalisasinya menggunakan palung pohon kelapa Rp 40.000 per kilogram. Sedangkan garam yang kristalisasinya menggunakan alas membran Rp 20.000 per rontong (satu setengah kilogram).  

“Padahal kami tidak ada stok tapi faktor cuaca belum mendukung sepenuhnya.Apalagi menjelang hari raya biasanya order meningkat,” ujar Namprug.

Namprug menambahkan garam yang proses kristalisasinya menggunakan palung pohon kelapa biasanya diminati oleh wisatawan asing dan permintaan datang dari para pengepul untuk ekspor. Sedangkan garam yang diproses (kristalisasi) menggunakan peralatan membran lebih banyak dicari warga lokal.

“Kalau pakai palung pohon kelapa rasanya lebih gurih,”demikian Namprug. (yan)

Back to top button