DENPASAR – Sosok akademis Ida Ayu Trisnawati menyandang gelar Profesor atau Guru Besar bidang Kajian Tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Istri dari A.A Ngurah Suparta ini telah melakukan kajian penciptaan Tari Baris Bebila atau Tari Bebek Bingar Bengkala dengan melibatkan warga kolok atau tuli bisu di Desa Bengkala, Kabupaten Buleleng.
Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Kun Adnyana mengukuhkan Prof. Dr Ida Ayu Trisnawati menjadi Guru Besar ISI Denpasar ke sepuluh dalam sidang terbuka senat ISI Denpasar.
Hal tersebut dilaksanakan dalam kegiatan yang bertemakan Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar di Gedung Citta Kelangen, Kampus ISI Denpasar, Selasa (13/6/2023).
Dalam uraian orasinya bertajuk Ceria Menembus Kebisuan, Prof. Trisnawati menceritakan lahirnya Tari Baris Bebila. Berawal melihat semangat warga kolok di Desa Bengkala untuk berkarya dan berkesenian sehingga tumbuh keinginan membuat sebuah tari baru.
“Saya mencipta Tari Baris Babila itu karena ingin menunjukkan kita itu sama. Ya, tidak ada membedakan antara yang orang yang difabel dibandingkan yang normal, mereka mampu menari tanpa diberikan aba-aba,” kata Trisnawati saat diwawancarai.
Bagaimana upaya mengajarkan dan menampilkan mereka hingga bisa menari Tari Baris di atas panggung ? Prof. Trisnawati menuturkan, ada setrategis terbalik dimana penabuh itu akan mengikuti mereka menari.
“Jadi, mereka menari tidak ada aba-aba atau kode untuk mereka, kelihatan penonton tidak akan mengetahui mereka menari adalah kelompok difabel ataupun kolok., mereka menari layaknya orang normal, “ katanya.
Namun, kata Trisnawati, ada beberapa hal jangan disamakan dengan orang normal, dalam artian ketika melihat agem dan sebagainya, kami melatih dari nol untuk menari, tidak seperti orang normal yang begitu tanggap mereka akan mengikuti musik.
“Ini kan tuli bisu tidak mendengarkan apa-apa. Kita melihat semangat mereka ada keceriaan menembus kebisuan. Mereka menari dengan gembira, bisu itu memang tulis bisu, tidak mendengar tetapi mereka semangat,” ujarnya.
Trisnawati menjelaskan, tarian ini menggambarkan keceriaan pasukan yang semangatnya melampaui kemampuan di bawa satu komando. Inspirasinya yakni pengembala yang memegang sebatang bamboo. Untuk penarinya terdiri dari tujuh orang lelaki, dimana satu orang menjadi pemimpin dan semua penari membawa property tombak.
Prof. Trisnawati berharap adanya tari kreasi ini masyarakat kolok di Bengkala memiliki ikon pariwisata baru. Dalam perjalanan kariernya dibidang Pendidikan, Prof, Trisnawati meraih guru besar ini setelah 37 tahun menempuh Pendidikan sejak ASTI Denpasar. Selain tari Baris Bebila , perempuan kelahiran Malang 21 Januari 1962 ini jug sudah menciptakan beberapa tari yakni Tari Jalak Anguci , Tari Puspa Harum, dan Tari Suci Tirtha Mahamerta Pratistha
Sementara itu, Prof. Kun Adnyana mengatakan, hadirnya Guru Besar Anyar di ISI Denpasar, patut kita banggakan.
“Beliau ini menjadi guru besar tetap yang ke sepuluh. Hari ini beliau menyampaikan orasi ilmiah sesuai kajian Tari Bari Babila. Saya atas nama Civitas ISI Denpasar saya sampaikan selamat, karena kita ketahui bersama untuk menjadi guru besar atau professor, melalui proses Panjang,” ungkapnya.
Prof. Adnyana membeberkan, untuk menjadi guru besar seni sangat sulit, karena selain pemenuhan kredit mencakup Tri Darma Peguruan Tinggi, tapi juga ada upaya pemenuhan jurnal internasional bereputasi. Jadi belum banyak dosen apalagi dosen seni atau desain yang bisa mengakses atau mempublikasi karya-karya ilmiah pada jurnal bereputasi asing, karena jumlah jurnalnya tidak begitu banyak. “Jadi pencapaian Prof Trisnawati ini tentu selain membahagiakan kita semua, juga merupakan kebanggaan ditenga-tengah animo mahasiswa ISI Denpasar yang cukup tinggi mengeyam Pendidikan S3, mahasiswa kami sejak 2021 sampai kini terus mengalami pengingkat,” ujarnya.
Ia menyebutkan, minat mahasiswa S3 tahun 2020 hanya 10 mahasiswa, sedangkan 2021 mencapai 25 mahasiswa, tahun 2022 mulai menerima pendaftaran dua kali setahun, semester ganjil menerima 35 mahasiswa pada semester genap 20 orang. Pada 2023 semester ganjil sudah sebanyak 35 mahasiswa.
“ Tentu seiring peningkatan jumlah mahasiswa tersebut maka harus dibarengin dengan jumlah guru besar yang memadai,” tandasnya. (sur)