GIANYAR – Seka truna desa Adat Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar menggelar lomba tari Barong Buntut dan Mekendang Tunggal untuk pemula dan super star, Minggu (12/2). Kegiatan ini sebagai bentuk merangsang dan meregenerasi calon-calon penari barong di Desa Adat Celuk. Dalam kesmepatan tersebut, hadir anggota DPRD kabupaten Gianyar. Ketua sanggar dan perkumpulan seni di kecamatan Sukawati.
Ketua Panita, Celuk Regenerations Barong Festival I, I Ketu Ariwangsa mengatakan festival barong ini baru pertama kali diadakan di Desa Adat Celuk. Sebanyak 18 peserta ambil bagian dalam lomba ini. 13 peserta pemula umur dari 10 tahun dan 5 peserta super star yang telah menjadi juara pada ajang lomba yang serupa. “Kebetulan disini kami ada sesuhunan Ida Ratu Gede Sakti, agar nanti ada generasi asli celuk yang bisa menyolahkan atau menarikan pada saat ida napak pertiwi,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Gianyar, I Gusti Agung Sri Widyawati, sangat memberikan apresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya Gianyar sebagai daerah daya tarik wisata yang memiliki pementasan seni gambelan dan tarian patut di jaga. Pementasan yang rutin dipentaskan setiap hari menjadi bukti seni di Gianyar selalu hidup dan mengalir.
Untuk tetap mejaga kualitas seni di Kabupaten Gianyar, bisa dilakukan dengan salah satunya lomba barong dan mekendang tunggal ini. “Sebagai bentuk regenerasi seni, saya menaruh harapan besar kegiatan ini sebagai bagian kesadaran menjaga seni dan budaya,” tandasnya.
Salah satu peserta, I Wayan Rangga Maheswara Putra, 10, asal Gelogor Lodtunduh mengatakan tertarik dengan barong saat kelas 3 SD. “karena seneng saja sih. Latihan di rumah dan di sanggar pakdek benjo. Yang kedua, ingin bisa ngayah nyolahang sesusuhnan, ngatur ayah saat tedun sesuhunan,” ujarnya didampingi orang tua Gusti Ayu Ardani.
Menurut Gusti Ayu Ardani, ia senang ada kegiatan lomba seperti ini. Sehingga anaknya bisa mencari pengalaman untuk menarikan tarian barong. “Dapat pengalaman. Uji mental dulu. Fisik harus kuat, tiap mau pentas harus nyoba dulu. Kalau di rumah hanya ada tapelnya aja,” ujarnya.
Salah satu juri mekendang tunggal, I Gde Made Indra Sadguna menuturkan, dalam perlombaan ini ada tiga kreteria penilaian. Pertama taknik membunyikan kendang. Hal ini sangat penting karena bunyi kendang harus tegas. “Bagaimana harusnya bunyi kendang, bagaimana suara yang diinginkan, bagaimana gerak telapak tangan kanan dan kiri sehingga mengeluarkan bunyi kendang yang tidak gabeng,” ujarnya.
Berikutnya krativitas menyangkut pola gedig kendang dan inprovisasi polanya. “Banyak gak inprovisasinya menoton apa enggak. Ketiga penampilan mengiring penari barong, tukang kendang itu harus tangar, yang memberikan angselan adalah penari, sehingga bisa nyambung antara barong dan penabuh. Kalau salah baorongnya gimana caranya penabuh biar tidak salah, tukang kendang harus fokus,” ujarnya. (Jay)