BULELENG – Pemkab Buleleng serius menggarap potensi pertanian dan perkebunan khususnya hortikultura. Selain durian, Pemkab Buleleng melalui Dinas Pertanian (Distan) juga mulai menggarap alpukat.
“Berbagai jenis potensi, produksi hotikultura yang ada di Kabupaten Buleleng, mulai kita garap dan kembangkan bersama stakeholder terkait,” ungkap Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Buleleng, Made Sumiartha, Rabu (17/11/2021).
“Selain di SCTP sudah memprogramkan Kampung Durian, kemarin Kementerian Pertanian juga programkan Kampung Alpukat. Kita coba kembangkan Kampung Alpukat pada daerah Perkebunan Kopi di Desa Pucaksari,” katanya usai menerima audiensi Wiyasta Suta Atmaja, salah satu pengembang Varietas Unggul Alpukat asal Desa Tirtasari Kecamatan Banjar.
Mantan Kabagumum Setda Buleleng ini menandaskan pengembangan produk hortikultura jenis buah-buahan yang memiliki nama latin Persea Americana, dilakukan karena memiliki prospek harga dan pangsa pasar yang sangat menjanjikan.
“Dengan varietas cukup banyak, Alpukat yang dapat tumbuh pada dataran rendah, sedang dan tinggi bisa dikembangkan pada desa atau kecamatan lainnya di Kabupaten Buleleng. Nantinya orang gampang mencari buah-buahan, seperti Buah Durian ada Kampung Durian, kemudian Alpukat ada Kampung Alpukat,” terangnya.
Budidaya Alpukat yang juga memiliki beragam jenis seperti Alpukat Aligator, Markus, Mentega dan Khas juga akan dikembangkan agar bisa berbuah tanpa mengenal musim. “Melalui fokus group diskusi melibatkan petani dan pakar alpukat, kita berupaya membuahkan buah ini diluar musim, namanya obsession,” ungkapnya.
Dengan menggunakan sebuah aplikasi, kata Sumiarta, pihaknya berupaya memfasilitasi pengembangan buah yang memiliki harga Rp20.000 sampai dengan Rp30.000/kilogram dan produk turunan cukup banyak untuk bisa berbuah di luar musim.
“Kalau sekarang ini, Alpukat itu kan Desamber-Maret, disana pasti produk membludak dan harganya cenderung turun. Melalui aplikasi, hasil eksperimen yang dilakukan teman kita, pengembang varietas unggul Alpukat, kita berupaya agar Alpukat berbuah pada Bulan April, sehingga punya nilai tambah bagi petani,” tandasnya.
Sumiarta menambahkan, melalui sosialisasi dan fokus group diskusi, pihaknya mengajak petani untuk mengembangkan budidaya Alpukat yang tak hanya dapat dijual paska panen, namun juga bisa diproduksi menjadi Minyak Alpukat dengan manfaat serta harga lumayan mahal. (kar,dha)