Tujuh desa kawasan warisan dunia subak wilayah Pura Ulun Danu Batur-DAS Pakerisan mengaktivasi kegiatan penguatan ekosistem kebudayaan
BANGLI – Tujuh desa kawasan warisan dunia subak wilayah Pura Ulun Danu Batur-DAS Pakerisan yakni Desa Batur Utara, Batur Selatan, Batur Tengah, Kedisan, Buahan, Sanding, dan Petak Kaja mengaktivasi kegiatan penguatan ekosistem kebudayaan.
Aktivasi bersama dilakukan pada Minggu (1/12/2024) di Pura Segara Ulun Danu Batur-Pura Jati, Desa Batur Tengah, Desa Adat Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Aktivasi kegiatan terdiri atas beberapa model, antara lain pementasan seni, pasraman, pameran, giat konservasi alam, dan pengembangan olahan minuman tradisional. Kegiatan tersebut mengangkat tema “Ranupakreti Janahita Kasuwakan-Memuliakan Danau untuk Kesejahteraan Masyarakat Subak”.
Fasilitator kegiatan, I Ketut Eriadi Ariana (Jero Penyarikan Duuran Batur), mengatakan, tema “Ranupakreti Janahita Kasuwakan” dipilih untuk menggambarkan semangat kolektif masyarakat subak dalam menjaga danau sebagai sumber kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Bali.
Tema tersebut hadir untuk menghubungkan narasi keterhubungan hulu-hilir subak dari kawasan konservasi di Danau Batur hingga kawasan produksi di DAS Pakerisan.
“Tema ini adalah bentuk respons terhadap konsep leluhur kami, yakni pasihan. Pasihan adalah kawasan penerima air Batur, yang diamanatkan bertanggung jawab atas kelestarian air dalam pengelolaan alam Bali,” katanya.
Ia melanjutkan, kegiatan penguatan ekosistem kebudayaan di desa-desa warisan dunia -subak diprakarsai Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI sebagai bentuk komitmen memajukan kebudayaan di desa-desa.
Kegiatan telah dimulai dari awal tahun 2024 melalui serangkaian koordinasi penguatan narasi. Selanjutnya, pada bulan Mei 2024 dilakukan pembekalan bagi para daya desa (pendamping program) dari masing-masing desa.
Selanjutnya pada bulan Juni 2024 dilakukan kegiatan temu kenali objek pemajuan kebudayaan (OPK) dan cagar budaya (CB) di masing-masing desa.
“Setelah itulah baru dipilih satu OPK-CB unggulan masing-masing desa untuk diaktivasi, sehingga bisa memperkuat karakter kebudayaan desa setempat,” kata Ketut Eriadi.
Aktivasi dimulai dengan acara lokakarya pembuatan loloh piduh (pegagan) pada Sabtu (30/11/2024) di Balai Desa Sanding. Loloh piduh adalah minuman herbal tradisional khas Bali yang sarat manfaat kesehatan. Ke depan produk tersebut dicanangkan akan dikembangkan agar semakin memasyarakat.
Produk hasil lokakarya pembuatan loloh piduh di Desa Sanding selanjutnya dipamerkan kepada publik pada 1 Desember 2024 bersama dengan empat kegiatan aktivasi lainnya. Empat aktivasi lainnya yakni pementasan alih media mitos Ida I Ratu Ayu Mas Membah menjadi tari kreasi “Tattwa Tirtha Mahotama” oleh Desa Batur Tengah; Pasraman Batur Hulu Kasuwakan oleh Desa Batur Selatan; Pameran dan Lokakarya Arsip “Citralana Bebaturan” oleh Desa Batur Utara; dan pementasan Gamelan Salukat oleh Desa Petak Kaja. Selain itu juga dilakukan penebaran benih ikan di Danau Batur sebagai kick of Program Yowanakrama Budaya (Desa Kedisan).
“Nanti pada tanggal 9 Desember 2024 aktivasi akan berlanjut dengan kegiatan Jelajah Hutan Adat ‘Lalana Wanawikrama’ oleh Desa Buahan dan kegiatan penguatan karakter budaya ekologis generasi muda Desa Kedisan pada kegiatan ‘Yowana Kramabudaya’,” katanya.
Perbekel Desa Batur Tengah, Made Sasmika, mengucapkan terima kasih atas terpilihnya Desa Batur Tengah sebagai salah satu desa sasaran kegiatan. Ia sepakat bahwa kebudayaan harus menjadi pandu dalam pengembangan kebudayaan ke depan.
“Aktivasi bersama ini tidak hanya memperkuat ekosistem kebudayaan subak, tetapi juga menunjukkan sinergi desa-desa dalam merawat warisan leluhur yang berharga,” katanya
Ke depan pihaknya berharap program ini bisa memantik laku budaya masyarakat untuk terus melaju dan berkembang.
“Kami di Batur Tengah berkomitmen merawat kebudayaan itu, salah satunya adalah dukungan pada sanggar. Harapannya, generasi muda kita bisa berkarakter kebudayaan dalam hidupnya,” ucapnya. (*)