GIANYAR – Menjadikan Bali sebagai ruang temu jejaring seni kontemporer baik seniman, kelompok lintas daerah bahkan antar negara cukup terbuka lebar. Hal itu menjadi tujuan digelarnya Bali Performing Arts Meeting (B-PART) yang merupakan acara seni pertunjukan kontemporer yang akan digelar 29 November-1 Desember 2024 di Masa Masa, Sukawati, Gianyar.
Wayan Sumahardika, selaku inisiator sekaligus Direktur B-PART mengungkapkan, dalam pelaksanaan B-Part tahun ini mencoba untuk menstrukturisasi program yang telah berlangsung pada tahun lalu yaitu melalui dua program inti yakni Main Program dan Kolaborasi Jejaring Platform. Pertama, Main Program B-PART terdiri dari Tribute to “Seniman Pertunjukan Bali”; kemudian Bali Intrusive Forum, Performance Studies Forum, Geladeri Music.
“Pada 2024 ini, B-PART akan menggali pemikiran Cok Sawitri (1968-2024), seorang sutradara, aktor, sastrawan dan aktivis perempuan dengan tajuk Tribute to Cok Sawitri melalui kolaborasi yang bertujuan untuk membuka ruang diskursus para seniman yang mengelaborasi konteks Bali sebagai gagasan dalam penciptaan seni pertunjukan kontemporer untuk dibagikan kepada publik,” ujar Sumahardika, Sabtu (16/11/2024) di Mas Masa , Sukawati, Gianyar.
Dijelaskan, pada 2024 ini, program Bali Intrusive Forum akan menguraikan lebih lanjut perihal strategi dan taktik suatu platform seni dirancang dan diaplikasikan. Dua subtema program dalam Bali Intrusive Forum yakni “Di Balik Panggung B-PART”, diskusi akan membincangkan jejaring kolaborasi antarseniman, venue dan ekshibisi oleh Samuel David (Manajer Program, Masa Masa), Syafiudin Vifick (Fotografer, Founder Indonesian Pinhole & Background Poster B-PART), Sekala 369 (Ekshibitor Pameran Alir-Alur), dan Kadek Desi Nurani (Penulis & Aktor, Mulawali Institute). Serta “Koreografi Kota dalam Seni Pertunjukan” bersama Rachmat Mustamin (Rumata’ Art Space & Studio Patodongi, Makassar), Josh Marcy (Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta), Wayan Sumahardika (B-PART & Mulawali Institute, Bali), dan Dwi Wahyuning Kristiansanti (Sanggar Lokananta, Bali)
Performance Studies Forum adalah forum tukar tangkap pengetahuan bagi para seniman dan peneliti seni pertunjukan bersama penonton untuk melihat proses kreatif, hasil temuan serta pertunjukan work in progress yang sedang dikembangkan. Dipantik oleh Iqbal Samudra (produser dan sutradara Kelompok Pojok, Jakarta), Forum akan menghadirkan Kadek Sonia Piscayanti dari Komunitas Mahima, Dewa Gede Edi Praditha dari Napak Tuju dan peserta terpilih Kelas Wacana Mulawali. Para narasumber akan membagikan refleksi dan temuan hasil risetnya pada penonton dan/sekaligus mempresentasikan cuplikan repertoar pertunjukannya dengan bentuk yang cair dan manasuka.
Sementara Geladeri Music menampilkan seniman dan kelompok musik pilihan untuk menemani cakap malam para seniman dan penonton dalam B-PART. Adapun program kedua adalah Kolaborasi Jejaring Platform B-PART, yang merupakan kerja sama B-PART dengan sejumlah lembaga seni pertunjukan di berbagai wilayah Indonesia (dan dunia) dalam upaya memahami visi, sistem, metodologi maupun bentuk artistik suatu platform seni bekerja dan digerakan. “Pada 2024, B-PART kembali bekerja sama dengan Garasi Performance Institute melalui platform Majelis Dramaturgi. Difasilitatori oleh Ugoran Prasad (Dramaturg, Garasi Performance Institute, Yogyakarta), Platform Majelis Dramaturgi akan digunakan sebagai metode percakapan sejumlah pertunjukan yang dipresentasikan dalam B-PART,” jelas Sumahardika.
Ia berharap, melalui kehadiran B-PART dapat membuka ruang diskursus atas Bali yang kiranya tak cukup dipandang hanya sebagai satuan geografis. Dimana tradisi seni pertunjukan di dalamnya kerap dianggap sebagai sesuatu yang beku dan cenderung diposisikan sebagai objek pariwisata semata. “Tradisi seni pertunjukan Bali merupakan satu bentuk entitas kehidupan yang selalu berdenyut, tumbuh dan terus bergerak. Ia hadir berdasar dari kenyataan sosial zamannya sekaligus terhubung dengan jejaring gagasan di dalam dan di luar diri Bali. Maka, Bali dalam konteks B-PART, bukan hanya diproyeksikan sebagai situs pertunjukan semata. Melainkan juga sebagai ruang interaksi wacana, tukar tangkap pengetahuan antarseniman, serta upaya menautkan kenyataan masyarakat dunia dalam praktik artistik pertunjukan kontemporer hari ini,” tegas Sumahardika.
Agus Wiratama selaku manager B-Part menambahkan, kuratorial tahun pertama sampai tahun ketiga B-PART ini, bertajuk “Raga Ruang Ragam”. Tema ini sengaja dipilih dan dirancang dalam rangka mempercakapkan tubuh dan ruang serta berbagai ragam kemungkinan pembacaan kritis dari para seniman.
Tiga tahun pertama B-PART (2023-2025), dibayangkan menjadi pintu masuk bagi pemetaan isu serta pengembangan visi, strategi dan tematik B-PART setelahnya. Pada 2023, B-PART mengundang Wayan Gde Yudane, komposer musik kontemporer dan musik eksperimental melalui presentasi gagasan bertajuk “Entering The Stream”.
“Pada 2023, dengan mengundang sejumlah seniman teater, tari dan musik generasi terkini Bali, didapatkan temuan isu tentang minimnya acara seni pertunjukan kontemporer yang berbasis proses dan diskursus kritis para seniman sebagai visi artistik penyelenggaraan. Menempatkan penyelenggaraan acara seni yang bukan lagi sebagai tujuan, melainkan sebagai ruang transit karya untuk bertumbuh,” tandas Agus.
Dalam even ini Ia menargetakan kualitas penonton serta menumbuhkan seni kontemporer di Bali yang masih tersendat-sendat.
Sementara itu Samuel perwakilan Masa Masa juga memberi dukungan dalam kegiatan ini. “ Tahun kedua ini kami berkolaborasi bersama di bidang kebudayaan. Rencana kedepan tempat ini membuka kesempatan untuk Lembaga, mahasiswa akademisi, menciptakan ruang berbagi,” ujarnya.
B- Part ( Bali Performing Art Meeting) digelar secara swadaya , melibatkan jejaring pergaulan praktek kesenian di Bali maupun luar daerah maupun internasional. (sur,dha)