BULELENG – Melalui Sinergitas Revitalisasi Inovasi Kekayaan Arsip dan Nilai Daerah Terintegrasi (Srikandi), Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (DAPD) Kabupaten Buleleng tak hanya berupaya menggali, tapi juga menghidupkan vibrasi kejayaan, sejarah masa lalu sebagai jati diri menuju masa depan, Indonesia Emas 2045.
Salah satunya, menggali sekaligus mengangakat nilai sejarah Pemerintahan Provinsi Soenda Ketjil berdasarkan arsip, dokumen dan benda-benda peninggalan yang ada dalam kemasan digital berupa diorema arsip digital.
“Melalui program Srikandi, kami bersama Tim DAPD, sejarawan dan keluarga besar Mr. I Gusti Ketut Pudja almarhum, bersinergi, menggali arsip, cerita untuk kita kemas menjadi sebuah arsip virtual, digital,” tandas Kepala DAPD Kabupaten Buleleng Made Era Oktarini saat anjangsana di Puri Soekasada, Rabu (13/11/2024).
Didampingi Sejarawan Made Pageh, mantan Kabag Keuangan DPRD Buleleng ini mengapresiasi sambuatan dan dukungan keluarga besar Gubernur Pertama Provinsi Soenda Ketjil untuk menggali sekaligus mengangkat Mutiara Soenda Ketjil yang hilang.
“Kami mengapresiasi dukungan keluarga besar puri terhadap upaya menggali arsip, dokumen, informasi tentang kiprah, kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja yang tak hanya menjadi Gubernur pertama Provinsi Soenda Ketjil, tapi juga berperan penting dalam penyusunan naskah Pancasila, terutama narasi sila pertama yang awalnya masih bernuansa agama tertentu menjadi narasi universal yakni Ketuhanan Yang Masa Esa,” tandas Oktarini dibenarkan Made Pageh.
Selaku sejarawan, Prof. Made Pageh mengapresiasi upaya DAPD Buleleng melalui program Srikandi ini sebagai langkah strategis menggali Mutiara Soenda Ketjil yang hilang.
Dosen sejarah Undiksha Singaraja ini bahkan mengapresiasi program Srikandi ini tak hanya sebagai penyelamatan nilai sejarah penting di Buleleng, tapi juga jadi referensi sekaligus konten eksklusif dari wisata edukatif di Musium Soenda Ketjil.
“Semoga program ini bisa mengumpulkan dan menyajikan arsip penting dengan kemasan digital. Seperti, kita memiliki Mr. Gusti Ketut Pudja sebagai Pahlawan Nasional, tapi banyak yang merasa tidak memiliki karena tidak tahu, oleh karena itu tugas kita semua terutama DAPD untuk menyebarluaskan arsip Mr Gusti Ketut Pudja dan arsip lain,” ungkapnya.
Karena itu merupakan roh dari kesejarahan dan perencanaan Buleleng yang dikenal sebagai pusat rancang bangun seni, budaya bahkan politik.
“Kalau kita melakukan kegiatan tanpa didasari sumber sejarah, arsip yang benar, kadangkala niat baik kita menghasilkan hal yang tidak baik,” tandasnya.
Senada dengan sejarawan Made Pageh, I Gusti Ngurah Tertayun selaku penglingsir puri mengaku salut sekaligus mengapresiasi program Srikandi yang dilaksanakan DAPD Buleleng sebagai upaya konstruktif menyelamatkan sejarah dengan mengemas arsip berupa diorema digital.
“Selain lebih menarik minat generasi muda, penyelamatan arsip sejarah melalui program Srikandi juga dapat menanamkan nilai kebangsaan, patriotisme dan nasionalisme bagi generasi muda, khususnya semangat kebangsaan, nasionalisme yang ditanamkan Mr. I Gusti Ketut Pudja selaku anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, pada proses pembentukan Pancasila dan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,” tandas Tertayun dibenarkan I Gusti Ngurah Wirasatya Dharma.
Selaku tokoh muda puri,Wirasatya Dharma tak hanya mendukung tapi juga berharap program Srikandi bisa mengintegrasikan potensi sejarah heroik Buleleng dalam satu kawasan heritage, destinasi wisata edukatif. (kar/jon)