GIANYAR – Kasus bunuh diri di Bali cukup tinggi. Tahun 2023 tercatat 135 orang mengakhiri hidup. Angka tersebut menjadi salah satu tertinggi di Indonesia, dan Kabupaten Gianyar menempati tertinggi di Bali.
Hal itu diungkap anggota DPR RI I Nyoman Parta. Ia minta calon Bupati dan Wakil Bupati Gianyar membuat program konkrit mengatasi masalah tersebut.
Parta melihat fenomena ini terjadi karena faktor pergeseran gaya hidup masyarakat yang dulunya guyub sekarang lebih ke individual.
“Sehingga ketika ada permasalahan mereka cenderung akan merasa sendiri,” ujarnya, Rabu (2/10/2024).
Pergeseran gaya hidup tersebut akibat dampak dari parwisata dan sistem pengupahan tenaga kerja yang tidak adil.
“Kita masyarakat Bali khususnya Gianyar sebagai daerah pariwisata terkana imbas harga kemahalan. Nasi lawar yang depan rumah saat ini harganya sudah di angka Rp 25 ribu, padahal tidak semua masyarakat yang membali nasi tersebut bekerja di pariwisata. sementara pengupahan tidak mengunakan standar tersebut belum kebutuhan lain. Himpitan ekonomi tinggi, Bali memiliki resikro stres tinggi,” jelasnya.
Sementara tidak ada program yang menyentuh hal tersebut. BPJS di Bali tidak menanggung mereka yang gagal bunuh diri.
“Tidak ada penanganan pasca gagal bunuh diri. RS tidak mau nerima percoban bunuh diri, karena tidak di tanggung BPJS. Kalau di Bogor itu nanggung, di Gianyar gak nanggung, di Badung gak nanggung, artinya tidak ada yang memperhatikan itu,” ujarnya.
“Ini pekerjaan teman-teman DPR. Bayangakan gumi ahmonto, jumlah penduduk 4,3 juta, yang berhasil bunuh diri 135. Belum yang gagal bahkan mungkin tertunda. Apa kita semua ini sehat?,” ujarnya.
Harus mulai ada psikolog yang masuk mendampingi untuk terapi. Ia minta fenomena tersebut harus disikapi oleh calon bupati Gianyar dan Gubernur Bali.
Selain fenomena bunuh diri, Parta juga menyoroti upah pekerja di Bali. Pekerja pariwisata di Bali juga banyak yang bertahun malah masih berstatus daily worker. Ke depan, ini diharapkan menjadi program pembenahan baik oleh calon kepala daerah dan anggota DPRD Kabupaten dan DPRD Provinsi Bali, demi proteksi pekerja di Bali.
Jika ini dibiarkan, banyaknya remaja yang bekerja keluar negeri dengan alasan demi gaji besar, juga akan berdampak negatif pada minimnya warga yang akan terlibat saat acara di tingkat adat, seperti kekurangan sekehe gong dan sekehe lainnya.
Masalah kesehatan juga menjadi perhatian , mulai. dari tingginya ibu ini yang menderita kanker servik, penyalahgunaan narkoba, hingga banyaknya masyarakat terindikasi setres akibat berbagai masalah sosial dan keluarga.
“Diperlukan jalan keluar dari semua pihak, pemerintah, wakil rakyar dan masyarakat umum untuk bekerja bersama mengatasi berbagai permasalahan komplek ini,” tandas politisi asal Guwang, Gianyar ini. (jay)