DENPASAR – Pengprov Esport Indonesia (ESI) Bali buka suara soal kegagalan timnya meraih medali emas dan hanya meraih medali perak di PON XXI/2024 di Aceh dan Sumatera Utara (Sumut). Padahal di nomor Mobile Legend itu optimisme emas diraih. Tapi sayangnya di final harus kalah dari tuan rumah Sumut.
Ketua Harian Pengprov ESI Bali AA. Gde Harya Putra menjelaskan apa yang menjadi persoalan kegagalan tersebut. Faktor utama tak lain yakni factor non teknis yang datangnya dari penonton tuan rumah.
“Kami tidak mau mencari kambing hitam dan kami utarakan apa adanya yang terjadi di lapangan. Kami gagal meraih emas dan memang kami sebenarnya optimis meraih emas karena kami sudah memetakan kekuatan di nomor MLBB,” ujar Harya Putra di KONI Bali, Selasa (1/10/2024).
Kegagalan itu lanjutnya, tak lain karena banyaknya jumlah penonton tuan rumah Sumut yang berbicara sampai riuh sehingga mengganggu konsentrasi pemain Bali. Bahkan tempat duduk yang seharusnya bukan untuk penonton malah diisi penonton.
“Jelas kondisi itu membuat pemain kami Mobile Legend kurang nyaman dan merasa terganggu. Tapi itulah keadaannya di sana yang menjadi salah satu kegagalan kami meraih medali emas,” terangnya.
Harya Putra juga bertekad akan membalasnya di PON XXII/2028 di NTT dan NTB. Apalagi di dua provinsi tersebut merupakan daerah yang netral.
“Nanti kita lihat bagaimana tim Sumut pada nomor MLBB jika ketemu Bali tanpa penontonnya,” tekadnya.
Harya Putra juga menjelaskan, tim ESI Bali di nomor MLBB memang sudah tidak diragukan lagi dan pastinya akan digembleng lagi di klubnya masing-masing. Diyakininya kualitasnya bakal meningkat di PON 2028 dan akan bisa meningkatkan medali perak ke emas. (ari/jon)