TABANAN – Tabanan menerima data kemiskinan ekstrem dari pemerintah pusat yang cukup banyak di delapan kecamatan kecuali Penebel dan Tabanan. Hal tersebut tentu mengejutkan, sehingga Pemkab Tabanan melakukan berbagai cara untuk mengatasinya. Namun setelah melakukan verivali sejak 2022, jumlah angka kemiskinan ekstrim di Tabanan semakin menurun.
Berdasarkan data yang ada pada Desember 2022 jumlah penduduk yang masuk kemiskinan ekstrim sebanyak 166 orang masuk dalam 50 KK dan tanpa KK. Jumlah ini semakin menurun di Desember 2023 menjadi 145 orang dalam 46 KK dan tanpa KK. Bahkan sampai Mei 2024 ini terjadi penurunan cukup signifikan di angka 72 orang yang masuk kategori kemiskinan ekstrem, dari 20 KK dan 4 tanpa KK. Salah satu kategorinya dengan penghasilan kurang dari 1 US Dollar atau sekitar Rp 15 Ribu lebih per hari.
“Kami akan melakukan upaya kolaboratif, Pemkab berharap jumlah ini bisa ditekan sekitar 80 persen hingga tinggal 10 hingga 20 orang saja,” ucap Kepala Bappeda Tabanan I Gede Urip Gunawan usai menjadi narasumber di KPU Tabanan, Selasa (23/7/2024).
Urip Gunawan menyatakan, penuntasan kemiskinan ekstrem ini dilakukan melalui berbagai program, termasuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari sektor swasta dan program-program daerah seperti bedah rumah.
Dengan berbagai upaya tersebut, Pemkab Tabanan menargetkan bisa menurunkan angka kemiskinan ekstrem hingga tinggal 5 persen dari data awal yang diturunkan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) pusat pada bulan Oktober 2022. Dimana jumlahnya ada 5.541 KK.
” Kini sudah turun sangat tajam tinggal 72 orang. Kami akan melakukan berbagai upaya, jika ada warga yang terkendala dalam hal BPJS, pemerintah daerah akan menanggung biaya BPJS mereka, bedah rumah atau masalah pendidikan,” jelasnya.
Urip juga menyoroti kesulitan yang dihadapi oleh warga lanjut usia yang tidak memiliki keturunan dan tidak ada yang bisa membantu yang masuk dalam kategori kemiskinan ekstrim.
“Untuk mereka yang tidak punya keturunan dan tidak ada yang bisa membantu, kami arahkan ke panti jompo,” ucapnya.
Selain itu, penanganan kemiskinan ekstrem juga mencakup perhatian terhadap warga disabilitas yang tidak bisa bekerja dan cacat. Tantangan ini diakui sangat sulit untuk diselesaikan sepenuhnya. Bahkan ada yang tinggal menyatu dengan kandang sapi. Sehingga untuk menuntaskannya membutuhkan kerja sama semua pihak.
“Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat diharapkan dapat mempercepat penuntasan kemiskinan ekstrem di Kabupaten Tabanan. Mudah-mudahan segra bisa dituntaskan,” pungkasnya. (jon)