BULELENG – Tahapan pesta demokrasi menuju hari pemungutan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah serentak tanggal 27 November 2024 terus bergulir dan semakin dinamis.
Tak hanya perebutan rekomendasi pada sejumlah partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), internal partai Moncong Putih Buleleng juga napak memanas lantaran dipicu Podcast dan Baliho PAS-Mulia.
“Pernyataan Ketua DPC PDI Perjuangan (Putu Agus Suradnyana) dalam Podcast beberapa hari lalu yang menyatakan siap bertarung dalam Pilgub Bali tahun 2024 tak lebih merupakan alasan pembenar dibalik haus kekuasaan,” tandas Wakil Ketua Bidang Kehormatan Partai DPC PDI Perjuangan Buleleng, Putu Mangku Budiasa, Senin (22/7/2024).
Politisi senior Moncong Putih Buleleng ini menegaskan dalam kapasitas ssebagai Ketua DPC yang sangat paham mekanisme dan AD-ART Partai, kalau memang berniat ikut tampil sebagai calon gubernur mestinya ikut mendaftar pada tahapan penjaringan dan penyeringan bakal calon gubernur.
“Tidak dengan cara seperti ini, masih sebagai Ketua DPC tapi sedah pasang baliho tandem dangan partai lain. Ini namanya tidak punya etika politik, mestinya mundur dulu ssebagai pengurus dan anggota partai,” tukasnya.
Adapun alasan PAS (Putu Agus Suradnyana,red) ingin tarung pada Pilgub Bali 2024 adalah bentuk kekecewaan karena istrinya dicoret sebagai Caleg DPR RI dari PDI Perjuangan pada Pemilu 2024 hanyalah alasan pembenar dibalik haus kekuasaan.
Budiasa mempertanyakan kurang apa PDI Perjuangan membesarkan nama PAS ? Pernah menjabat sebagai Anggota DPRD Provinsi Bali selama 3 periode, kemudian menjabat sebagai Bupati Buleleng 2 periode.
“Selama 25 tahun begitu juga dengan istrinya yang saat ini masih menjabat sebagai Anggota DPRD Provinsi Bali. Sikap PAS seperti kacang yang lupa kulitnya sangan kami sayangkan,” tandas Budiasa ditampik Putu Agus Suradnyana saat dihubungi terpisah.
Selaku Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng, Putu Agus Suradnyana justru menuding tuduhan Mangku Budiasa tidak objektif dan saat ini masih kader PDI Perjuangan.
“Saya masih kader partai PDI Perjuangan. Kan belum ada pencalonan,”kata Agus Suradnyana.
Ia juga mengatakan penilaian terhadap dirinya bersifat subjektif, karena bisa bersumber dari perorangan, ketidak sukaan terhadap dirinya dan mengembalikan semuanya terhadap penilaian masyarakat.
“Kalau penilaian perorangan bisa saja subjektif. Itu bisa karena ketidak sukaan terhadap saya,” ujarnya.
Sementara terkait baliho PAS-MULIA, Agus Suradnyana mengatakan hal itu merupakan gimmick untuk kepentingan survei bakal calon gubernur, wakil gubernur yang sedang berlangsung.
“Itu kan gimmick, saya juga perlu dapat survei kan. Sedangkan soal podcast isinya positif,” pungkasnya. (kar/jon)