KARANGASEM – Ratusan warga atau sebanyak 140 KK warga Jatituhu, Desa Ban Kecamatan Kubu, menjerit kesulitan air bersih. Kondisi ini semakin diperparah setelah pipa distribusi air sepanjang 6 kilometer dari sumber air Puncak Sari ke bak penampungan warga meleleh (hangus) akibat imbas dari terbakarnya hutan lindung di kawasan tersebut Oktober 2023 lalu.
Warga setempat berharap, Pemkab Karangasem bisa mencarikan solusi agar persoalan air bersih yang menjadi kebutuhan dasar tersebut secepatnya bisa teratasi.
I Nyoman Semera, Kepala Dusun Jatituhu, dikonfirmasi, Minggu (14/1/2024) menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut, masyarakat setempat terpaksa mengirit penggunaan air bersih sejak pipa distribusi air Pucak Sari ke bak penampungan air milik masyarakat terbakar. Memenuhi kebutuhan air tersebut, lanjut Semera, ratusan masyarakat Jatituhu masih mengandalkan air tadah hujan.
Pasokan air hujan yang disimpan di cubang komunal itu digunakan untuk kepentingan kebutuhan pokok. Seperti memasak, minum dan untuk ternak. Sedangkan untuk mandi, masyarakat terpaksa hanya 1 kali sehari, bahkan terkadang dalam sehari mereka tidak mandi.
“Air tadah hujan yang ditampung dalam cubang komunal milik masyarakat hanya digunakan untuk kebutuhan pokok saja. Penggunaannya juga sangat irit. Sedangkan untuk mandi masyarakat terpaksa mandi satu kali sehari, bahkan ada warga yang tidak mandi seharian. Ini tak terlepas karena masyarakat masih mementingkan kecukupan kebutuhan pokok mereka, seperti, memasak, minum dan air minum untuk ternaknya,” ucap Semera,
Sebelum pipa air terbakar, lanjut Semera, warga biasa mandi dua kali kali sehari. Sedangkan memberi ternaknya per hari cukup melimpah.
“Sekarang warga di Banjar Jatituhu hanya mengandalkan air hujan saja. Seandainya tak turun hujan, otomatis warga akan kesulitan pasokan air. Kalau mau beli air per tangki nggak mungkin. Soalnya akses jalan ke lokasi tidak mendukung. Jalan terjal, dan medannya banyak jurang,” terangnya.
Dikonfirmasi terpisah, Perbekel Desa Ban, I Gede Tamu Sugiantara, menambahkan, kesulitan air yang dialami ratusan warga Jatituhu terjadi sejak 3 bulan lalu. Kemarau panjang bulan lalu, masyarakat setempat sempat mengalami krisis air.
BPBD Karangasem sempat mendistribusikan air bersih ke wilayah tersebut. Namun sayang bantuan air tidak merata, hanya mampu menyasar masyarakat di bawah. Sedangkan masyarakat Jatituhu bagian atas tidak kebagian, karena jalan menuju kesana cukup terjal.
“Kami berharap pemerintah bisa membantu memperbaiki saluran pipa air yang terbakar, sehingga airnya bisa mengalir,” harap Tamu Sugiantara.
Menyikapi persoalan itu, kata Tamu Sugiantara, pihaknya sudah bersurat ke Pemerintah Provinsi Bali dan Pertamina agar bisa membantu masyarakat Jatituhu melalui CSR. Harapannya agar masyarakat tidak kesulitan air bersih saat musim kemarau.
Sekadar diketahui, kebakaran hutan lindung di Jatituhu berlangsung selama tiga hari, yakni sejak hari Minggu (29/10/2023) hingga Selasa Selasa (31/10/2023). Kemarau panjang disebut-sebut menjadi pemicu kebakaran tersebut. Luas hutan yang terbakar sampai 100 hektare. Dan membakar pipa sepanjang 6 kilometer yang mengaliri ratusan KK warga Jatituhu.
Pipa retribusi air bantuan pihak ketiga itu terbentang dari sumber air Puncak Sari hingga penampungan air warga. Masyarakat di Jatituhu banyak mengeluhkan kondisi ini. Hampir semua warga bersedih lantaran tidak mendapatkan air. Pihaknya berharap ada donatur, pemerintah, atau BUMN yang memberikan bantuan pipa untuk warga. (wat)