KUTA – Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya) Kecamatan Kuta melalui Pemerintah Kecamatan Kuta memberikan apresiasi seni kepada seniman penggiat seni, tokoh serta pemerhati budaya.
Pemberian apresiasi itu bertepatan dengan penutupan Upacara Bendera Kecamatan Kuta yang berlangsung di Lapangan Samudra, Kuta, Kamis (17/8/2023) sore.
Ketua Listibya Kecamatan Kuta Dr. I Gusti Made Darma Putra, S.SN, M.SN mengatakan, pemberian apresiasi seni untuk kali pertama ini diawali dengan tahap penyeleksian dan verifikasi, ada sebanyak 6 seniman dan tokoh budaya dari masing- masing kelurahan yang ada di Kecamatan Kuta dinyatakan layak menerima penghargaan seni.
Dari 6 seniman tokoh budaya itu, sebanyak 3 sudah almarhum dan 3 masih aktif saat ini. “Semua seniman ini diberikan apresiasi tahun ini, melalui verifikasi dan tahapan pengajuan dari beberapa instansi dan juga dari sudut pandang kita di Listibya,” ucap Gung De sapaan akrab Dosen ISI itu.
Pertama adalah seniman I Wayan Raping merupakan partner dari Maestro I Wayan Lotring yang tampil sebagai juru kendangnya. Untuk dokumentasinya telah didapatkan di Kanada.
“Di sana Wayan Raping memang berkontribusi pada tumbuh kembangnya seni pelegongan di Kuta. Bahkan, sampai saat ini Kuta sedang gencar-gencarnya menumbuhkan anak-anak muda untuk berkecimpung di seni karawitan. Alm. I Wayan Raping diapresiasi sebagai tokoh dibidang seni karawitan,” sebutnya.
Alm. Ni Ketut Ladri, seniman dari Seminyak berkontribusi atas dedikasi pada kebangkitan seni tari sakral yang ada di desanya. Ia mempelopori menjadi pelatih tari. Lalu, seniman karawitan dari Kedonganan Alm. I Wayan Wiji.
Selain itu, apresiasi juga diberikan kepada seniman yang masih aktif saat ini. Tokoh itu I Gusti Anom Gumanti merupakan anggota DPRD Kabupaten Badung. Anom Gumanti ini sebagai penggiat budaya.
“Anom Gumanti juga ikut berkontribusi terhadap seni tradisi dan budaya yang ada di Kuta yang menyumbangkan alur pikir, ide kreatif untuk majunya kesenian di Kecamatan Kuta ini,” paparnya,
Ada I Wayan Sumber, pemerhati seni dan budaya berasal dari Legian. Walau Legian identik dengan turis dan kepariwisataan, tetapi berkata dedikasi sumber seni di Legian aktif sampai saat ini masih menggelora.
Wayan Sumber juga menjadi prajuru di desa adat. “Beliau seniman karawitan, tetapi tahun ini diberikan penghargaan sebagai pemerhati seni dan budaya. Beliau lebih inten sebagai pemerhati budaya,” imbuhnya.
Ada Wayan Sugiarta dari Kelan. Seorang seniman karawitan ini selalu mendedikasikan dirinya untuk seni karawitan, sehingga di Kelan itu tumbuh banyak generasi muda di bidang seni karawitan.
“Kuta itu, tampak luar diselimuti pariwisata dan kemodernisasian yang sangat dikenal, tetapi sesungguhnya di dalamnya kaya akan tradisi, adat dan budaya masih sangat kental sekali,” tegas seniman dalang ini.
Apresiasi ini diberikan sebagai pemantik generasi muda dan menjadikan keeksistensian Kuta agar semakin dikenal. Karena itu perlu untuk menggelorakan seniman-seniman dengan memberikan apresiasi kepada seniman yang sudah mendedikasikan dirinya kepada seni budaya di Kuta.
“Semoga penghargaan ini menjadi sebuah pemantik pada seniman lainnya, khususnya pemuda semakin giat melestarikan dan mengembangkan seni budaya di Kuta,” harapnya.
Gung De menambahkan Kuta memang sering tampil sebagai duta seni kabupaten badung dalam ajang seni, seperti di PKBN dan ajang seni lainnya. Itu membuktikan Kuta tidak seekstrim atau hanya dilihat dari kemodernisasian.
“Walau pintu masuk budaya modern itu ada di Kuta, karena keberadaan bandara ngurah rai, tetapi keeksistensian budaya itu tetap menggelora. Apalagi ditambah dengan pemberian apresiasi kepada seniman yang sudah mendedikasikan sebelumnya, sehingga dapat menjadi pemantik, menjadikan seniman lain lebih terdorong untuk melestarikan kesenian di daerahnya. Demikian juga pemerintah dan pemangku lain untuk memperhatikan seniman yang ada di desanya masing masing,” tutupnya. (surr)