DENPASAR – Kelincahan memadukan gerak dan vocal dalam menarikan kesenian khas janger disajikan apik oleh anak-anak Banjar Mukti, Desa Singapadu, Gianyar.
Penampilan di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 tahun 2023 itu sekaligus membuktikan kesenian janger yang diwarisi kepada anak-anak Banjar Mukti memperteguh regenerasi berlanjut.
Rekasadana (Pergelaran) janger anak-anak Sanggar Lokananta, Banjar Mukti, di Wantilan Taman Budaya (Art Centre) Bali, tampil menghentak, Minggu (2/7/2023) sore.
Tari yang identik sebagai tarian pergaulan muda-mudi, dibawakan 32 penari, terdiri dari 16 pria (kecak) dan 16 wanita (janger). Mereka berusia 7-12 tahun yang tampil percaya diri dihadapan ratusan pasang mata memenuhi Wantilan Taman Budaya.
Diiringi gamelan nan merdu, gerak indah penuh makna, mulai para penari pria yang duduk bersila, penari perempuan duduk bersimpuh dengan gerakan berpindah menjadi salah satu ciri khas yang dapat membuat penonton dipenuhi rasa gembira. Penari Janger yang penuh suka cita menari di atas panggung.
Sepanjang pertunjukkan, mereka menari dan bernyanyi, “Titiang Janger Lokananta meled pisan midartayang seni budayane luwih kasumbung kedura negara ajeg lestari jagate kerta raharja.”
Ketua Sanggar Lokananta I Wayan Sutirtha, SSn, MSn, mengatakan, persiapan sudah dilakukan sejak Maret 2023, termasuk tabuh kreasi baru yang diberi judul “Harnawa Ganantri gubahan” dengan penata tabuh Gede Febi Widi Cahyadi.
Sanggarnya berfokus pada regenerasi penari Bali termasuk Tari Janger. Meskipun Tari Janger diperuntukkan sebagai tarian muda-mudi atau remaja, anak-anak diperkenalkan dengan pakem Janger sejak awal. Untuk itu akademisi Program Studi Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar melakukan sedikit perubahan pada syair lagu Janger agar sesuai dengan karakter penari anak-anak.
Sementara, dari sisi gerak menurutnya Tari Janger lebih bersifat simbolik jadi masih sesuai jika dibawakan oleh anak-anak.
“Lagunya sudah dikemas menjadi lagu anak-anak. Walaupun masih memakai lagu-lagu yang ada, tapi ada kata-kata yang diganti, misalnya muda-mudi jadi anak-anak, mademenan jadi matimpal,” tutur pria asli Banjar Mukti ini.
Regenerasi penari Janger tambahnya menjadi semakin penting terutama karena di Banjar Mukti dikenal dengan tarian Jangernya secara turun temurun. Sehingga anak-anak yang telah dikenalkan dengan Tari Janger nantinya siap menggantikan para seniornya. “Jadi paling tidak nanti di banjar membangun
Janger lagi yang baru anak-anak sudah siap mengikuti,” sebutnya.
Sanggar Lokananta sendiri saat ini membina sekitar 250 seniman anak-anak. Sejak berdiri pada tahun 2001 sanggar telah beberapa kali berkesempatan tampil di ajang PKB.
Sementara salah satu orang tua penari cilik, I Gusti Ngurah Adi (55) merasa bangga anaknya I Gusti Ngurah Bagus Dyaksa Bumi (9) bisa tampil di ajang sekelas PKB setelah dua tahun terakhir belajar menari di Sanggar Lokananta.
Menurutnya, anak-anak perlu dibekali wawasan mengenai budayanya sendiri sehingga kemudian bisa menghargainya. Di samping itu menari ampuh mengurangi perhatian anaknya kepada gadget.
“Minimal anak-anak itu tahu dasar budaya Bali, salah satunya tari. Kalau nggak kita siapa lagi,” ucapnya.(sur)