DENPASAR – Drummer Superman Is Dead (SID) I Gede Ari Astina alias Jerinx dikeluarkan dari rutan Polda Bali, Kamis (27/8/2020) sekitar pukul 12.00 Wita. Penyidik membawanya ke Direktorat Reskrimsus untuk pelimpahan tahan II–sehari setelah berkas dinyatakan lengkap (P21).
Pengadilan Negeri Denpasar yang masih dalam kondisi lockdown menjadi salah satu pertimbangan proses pelimpahan dilaksanakan di gedung Direktorat Reskrimsus Polda Bali. Pelimpahan tersangka dan barang bukti diterima Kasipidum Kejari Denpasar I Wayan Eka Widanta.
Kurang lebih 30 menit menjalani proses pelimpahan, Jerinx mengenakan pakaian tahanan dan seperti biasa tanpa masker keluar dari ruangan. Musisi yang ditetapkan tersangka atas dugaan ujaran kebencian dan pencemaran nama baik Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu didampingi pengacaranya I Wayan Gendo Suardana. Istrinya, Nora Alexandra juga setia menemani.
Sebelum digiring ke mobil untuk dikembalikan ke tahanan, Jerinx meminta waktu kepada penyidik untuk membacakan surat yang ditulisnya selama berada di rutan. Ada tiga point disampaikan tersangka kepada awak media;
- Tanggal 13 Agustus 2020, Polisi melakuan swab test kepada saya di Rutan Polda Bali dan disaksikan seluruh tahanan dan petugas jaga. Hasilnya, test swab saya negatif (Covid-19). Yang mana artinya sejak sebelum saya ditahan saya tidak membahayakan nyawa siapa pun. Penting dicatat sejak 4 April 2020, setiap hari saya kontak langsung dengan ratusan bahkan ribuan orang, minum satu gelas ramai-ramai. Terkait kegiatan bagi-bagi pangan gratis bagi warga membutuhkan di tempat usaha saya Twice Bar. Jika boleh saya memberi masukan, sebaiknya IDI atau Kemenkes meneliti kondisi saya untuk menemukan penjelasan ilmiah kenapa saya tidak terinfeksi virus Covid-19. Saya siap lahir dan batin menjadi relawan agar bangsa yang saya cintai ini lekas terbebas dari rasa takut yang berlebihan.
- Sebagai WNI setiap tahanan berhak mengajukan penangguhan penahanan dan hal ini dilindungi oleh undang-undang. Saya mengajukan bukan karena saya cengeng tapi karena saya lihat banyak sekali kejanggalan dan konflik kepentingan dalam kasus saya. Detil kejanggalannya bisa dipelajari di tayangan “Hotroom-nya Hotman Paris” yang membahas kasus saya (tersedia di YouTube). Tolong dicatat saya belum dinyatakan bersalah oleh pengadilan jadi biarkan saya bertarung di pengadilan dan apapun keputusan pengadilan nanti akan saya terima. Saya ksatria. Sekali lagi saya tidak cengeng, yang cengeng itu adalah mereka-mereka yang melanggar protokol kesehatan namun lolos dari jerat hukum karena dekat dengan kekuasaan. Yang blengih (cengeng) sejati adalah mereka mereka yang tidak pernah memberi makan warganya namun menertawai rakyat yang berjuang memberi makan ratusan perut kelaparan tiap harinya tanpa pamrih. Yang tidak berpendidikan adalah mereka yang memanfaatkan kekuasaan untuk menginjak hak warganya lalu berlagak paling suci seolah tanpa dosa. Leluhur Bali tidak buta. Karma itu nyata.
- Saya mohon kepada kawan-kawan yang santun, cerdas, dan memiliki pergaulan luas agar jangan diam saja melihat ketidakadilan yang menimpa rakyat kecil terkait kebijakan rapid test/swab test. Negara kita memiliki anggaran ratusan triliun rupiah untuk pandemi ini. Sudah seharusnya tak ada rakyat yang diharuskan membayar untuk rapid/swab test dan dengan anggaran sebesar itu semestinya tidak ada rakyat yang kelaparan, kelaparan adalah sumber utama lahirnya kriminalitas. Jadi kawanku yang selalu cerdas dan kritis tolong gunakan santunmu dalam membela yang lemah. Gunakan wawasan adidayamu dalam melindungi rakyat kecil. Buktikan pada dunia jika kita sopan santun adalah satu-satunya yang mampu membebaskan bangsa ini dari penjajahan dan pembodohan.
“Merdeka..,” teriak Jerinx sembari menyerahkan surat dalam secarik kertas tersebut kepada istrinya dengan kedua tangan diikat plastic handcuff (borgol plastik). (bar)