BULELENG – Berbagai terobosan dilaksanakan oleh Pemkab Buleleng melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buleleng untuk menangani penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Selain menggencarkan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) terkait Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Gerakan 3M-Plus, melalui kerjasama dengan World Mosquito Program (WMP) juga dilakukan pemanfaatan teknologi Wolbachia.
“Transformasi, alih teknologi dalam penanganan DBD, kita lakukan melalui metode Wolbachia. Pengelolaan sistem produksi pada nyamuk Aedes Aegypti dengan bakteri Wolbachia dicanangkan Bulan Oktober hingga November 2023,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Buleleng, I Gede Artamawan usai mengikuti pendalaman teknologi Wolbachia di Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali, Kamis (4/5/2023).
Artamawan seijin Kadiskes Buleleng Sucipto memaparkan metode Wolbachia diharapkan dapat menjadi pola efektif dalam penanganan penyakit DBD di Kabupaten Buleleng yang hingga akhir Bulan April 2023 tercatat sebanyak 471 kasus, tersebar pada 9 kecamatan dan nihil kasus kematian.
“Teknologi yang sudah diterapkan di Australia ini dirasa efektif, karena bakteri Wolbachia mampu menghentikan replikasi virus dengue pada nyamuk Aedes Aegypti. Artinya, bakteri Wolbachia mampu melumpuhkan virus dengue pada nyamuk Aedes Aegypti sehingga akan menjadi resisten (tidak bereaksi) ketika menggigit tubuh manusia,” terangnya.
Harapannya, setelah penerapan teknologi Wolbachia, nyamuk khususnya Aedes Aegypti yang membawa dan menyebarkan virus dengue tidak akan berdampak terhadap kesehatan manusia.
“Walaupun nanti kita optimis inovasi wolbachia angka DBD turun, upaya pencegahan seperti PHBS, PSN dan 3M-Plus tetap harus dilakukan dan menjadi tradisi baik dalam mencegah DBD,” pungkasnya. (kar,dha)