TABANAN – Seitar 30 karya lukisan terpajang di sebuah galeri I Gusti Gede Aryadi Art di Obyek Wisata DTW Tanah Lot, Rabu malam (11/1/2023). Lukisan yang dipamerkan menceritakan tentang kesuburan alam Tabanan yang dominan masyarakat bermata pencarian agraris.
Sepintas tidak ada yang beda dari lukisan yang dipamerkan tersebut. Namun yang berberda dan yang menarinya adalah tgeknis melukisk. Kalaua kebanyakan senoiman melukis dengan kuas, meski sudah banyak yang berinovasi juga. Namun lukisan yang dipamerkan ini menggunakan lidi sapu.
Teknik melukis dengan lidi ini yang disebut teknik pecut lidi adalah karya I Nyoman Bayu Adi Mahantara atau akrab sapaan Komang Bayu (51).
“30 lukisan ini sebagian besar hasil karya saat pandemi Covid-19. Saya melukis di rumah,” ungkap pria asal Banjar Dinas Mekar Sari, Desa Gadungan, Selemadeg Timur.
Dia mengaku, 30 lukisan yang ditampilkan solo exhibition dengan tema ‘Swi Kreti’ memuliakan sawah. Lukisan ini menceritakan pertanian dan kesuburan alam Tabanan. Hal itu pun ditujukkan dengan adanya Pura Pekendungan di Tanah Lot Desa Beraban yang secara niskala kesuburan.
Lukisan-lukisan yang dia tampilkan berbeda dengan lainnya. Biasanya orang melukis diatas kanvas dengan gunakan kuas. Tetapi dirinya tidak. Menggunakan lidi sapu dengan sebutan pecut lidi.
“Saya ingin berbeda dengan yang lainnya dalam teknis melukis dengan Pecut lidi. Saya menggunakan pecut lidi untuk melukis. “Teknik pecut lidi tanpa sengaja saya menemukan, dari 2020 lalu. Saya tidak kepikiran hasilnya bakal bagus. Katanya Pelukis itu harus punya teknik melukis berbeda dengan lainnya,” bebernya.
Pemilik sanggar senin pada dadi (Padi) ini mengaku, teknik melukis gunakan pecut lidi, sejatinya juga terinspirasi dari pelukis I Made Tegel Subrata dari Gianyar. Kalau dia melukis tidak umumnya pelukis lakukan, tetapi menggunakan kojong .
“Saya pernah belajar melukis dua tahun dengan beliau (Made Tegel). Beliau berpesan setiap lukisan tidak boleh menjiplak, harus keunggulan pada teknik melukis,” ungkapnya.
Selama bergelut dengan teknik melukis pecut lidi, kendala yang pernah dialami Komang Bayu pada saat pertama saja dibutuhkan ketelatenan.
Mulai dari dalam segi pembentukan obyek, karena melukis gunakan lidi rumit, sehingga membutuhkan kesabaran.Apalgi lagi figurative maka proses waktu 2-3 hari, terutama yang lebih detail.
Kini hasil karya dengan teknik melukis denagn pecut lidi tak sia-sia. Sejumlah karyanya seni lukisnya laku terjual saat terpajang di I Gede Ariyadi Art.
“Sudah ada yang terjual dengan kisaran harga Rp 5-7 juta,” sebutnya.
Dia berharap, mudah-mudahan pemerintah dapat melihat hasil karya perupa/pelukis lokal di Tabanan.
“Memberikan ruang bukan hanya bagi dirinya semata melainkan pula bagi pelukis lainnya di Tabanan,” pungkasnya. (jon)