BANGLI– Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Bangli, Gusti Ayu Vira Wijayantari ABW, mengaku terlantar di Turki. Ia kerap menderita sakit, dan kini berharap bisa pulang ke tanah air.
Dalam surat terbuka yang ditujukan ke Presiden RI, I Gusti Ayu Vira Wijayantari ABW, menceritakan kronologis dirnya sampai ke berangkat bekerja di Negara Turki.
Di awal suratnya, Gusti Ayu Vira Wijayantari ABW menceritakan sekitar bulan Mei lalu, dia ditinggal ayahnya lantaran ayahnya sakit kanker tulang. Selain itu, dia juga menulis awal perkenalannya dengan seseorang bernama Ibu Gung. Ibu Gung ini kemudian mengajak dia ikut pelatihan SPA di Bali Widya Padmi Internasional SPA School di Jln.By Pass Ngurah Rai Gg. Sehati No. 18, Denpasar.
PMI Asal Bangli Terlantar di Turki, Berharap Dipulangkan
Setelah mengikuti pelatihan di sana, beberapa bulan, dia mengaku akan diberangkatkan ke Turki dengan diiming-imingi mendapatkan gajih besar agar bisa membayar hutang dan biaya pengobatan bapaknya.
Pada bulan Oktober 2021 bapaknya meninggal dunia dan pada saat itu berniat untuk membatalkan keberangkatan ke Turki, lantaran masih berduka. Namun Bu Gung tidak memberikan membatalkan berangkat. Akhirnya, dia mengaku melanjutkan pelatihan.
“Sekitar bulan Maret 2021 saya mendapatkan infomasi akan diberangatkan. Kemudian bulan April, saya memutusakan resign di tempat kerja dan menandatangani kontrak,”bebenrya.
Pada saat itu, tulisnya, oleh Ibu Gung dikabarkan akan mendapatkan gaji 8-12 juta sebulan dengan jam kerja hanya 8 jam dan untuk kamar tidur 1-4 orang. Pada saat itu, dia mengaku berangkat dengan sistem potong gaji.
Singkatnya, sesampai di Turki dia mengakui bekerja dengan bos yang bernama Abdulrahman, di Hotel Lonicera. Dijelaskan, untuk jam kerjanya, berangkat jam 6 pagi dan pulangnya jam 9 malam dan , waktu untuk istirahat tidak ada .
Semntara waktu makan hanya 15 menit. Kantin atau tempat makan sangat jauh, dia mengaku jalan kaki selama 5 menit. Disebutkan pula, terkadang hanya dapat makan sehari sekali dengan alasan karena tamu ramai.
“Kadang-kadang saya curi- curi waktu saya taruh nasi dan lauk di kertas tisu, saya masukan kekantong, nasi itu saya makan pada saat saya mengambil tamu. Karena jika tidak demikian maka saya tidak bisa makan seharian,” ceritanya dalam surat tersebut.
Disebutkan, bekerja di bos pertama selain gaji tidak sesuai kontrak, jam kerjanya 12 jam, tidak ada waktu istirahat, makan hanya sekali dalam sehari. Kemudian dia memutuskan untuk kabur mencari pekerjaan di tempat lain dengan niat hati untuk mengumpulkan uang.
Tapi di bos kedua, dia hanya di tunda- tunda dan tidak bekerja . Hingga akhirnya dia kembali keluar. Kemudian bekerja pada bosnya yang ketiga. Hingga akhirnya kembali ketemu pada bos keempat.
Diceritakan, pada bos keempatnya, dia mendapatkan perlakuan yang sangat baik, namun sayang dia mengaku hanya bekerja dalam sebulan lantaran sakit-sakitan. Dia mengaku sempat muntah darah.
“Dua minggu saya muntah muntah yang parah dan tidak dapat berjalan, karena saya memiliki masalah di perut dan di paru- paru, hingga saat ini pada tanggal 13 Agustus 2022 saya belum dapat bekerja dengan sebagaimana mestinya. Karena jika saya melakukan pekerjaan berat perut saya akan terasa amat sakit dan saya kan sesak nafas,”akunya.
Dia juga menulis kalau tanggal 25 Juli 2022 kembali berobat, karena uangnya kurang sempat dibantu teman-teman sesama PMI di Turki.
Dituturkan, saat ini kondisi kesehatannya semakin parah, tiap hari muntah, uang untuk biaya pengobatan sudah tidak ada.
“Dengan ini saya memohon kepada Bapak Presiden untuk membantu memulangkan saya ke Indonesia,”ucapnya dalam surat terbuka tersebut. (dus,yan)