![](https://i0.wp.com/wartabalionline.com/wp-content/uploads/2025/02/5683-adi-geotekstil.jpg?fit=1600%2C720&ssl=1)
BADUNG – Pelaksanaan Bali Beach Conservation Project (BBCP) Phase II (Kuta-Legian-Seminyak) dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian. Berbagai hal dipertimbangkan, termasuk berkenaan dengan status pantai sebagai daerah tujuan wisata.
Penggunaan geotekstil adalah salah satu buktinya. Selain sebagai perkuatan, itu juga dimaksudkan untuk filterisasi. Geotekstil dalam metode kerja, diharapkan dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya dampak berupa keruhnya air laut di sekitar lokasi kerjaan.
Sebagai kontraktor dari proyek tersebut, Project Manager Adhi – Minarta JV, Ardian Saputra mengungkapkan, geotekstil saat ini digunakan dalam pengerjaan akses sementara berkenaan dengan pembangunan breakwater. Geotekstil dibentangkan di atas susunan batu, dan kemudian ditambahkan pasir di atasnya. “Panjangnya kurang lebih 250 meter,” ungkapnya ketika ditanya panjang akses kerja sementara yang saat ini masih dalam proses pengerjaan tersebut.
Hal senada disampaikan oleh PPK Sungai Pantai I Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, Bambang Kardono. Dia menyebut pembentangan geotekstil merupakan bagian dari metode kerja. Fungsinya, untuk menjaga agar pasir tidak tergerus air. “Di atas pasangan batu kita tutupi geotekstil baru kemudian kita isi pasir. Jadi pasirnya tidak mudah longsor dan air laut tidak menjadi keruh,” imbuhnya.
Untuk diketahui, BBCP Phase II (Kuta – Legian – Seminyak) memiliki tujuan mencapai pengelolaan pantai berkelanjutan dan mengurangi risiko bencana pesisir melalui restorasi dan konservasi pesisir. Baik itu dengan pengisian pasir, tindakan struktural, dan kegiatan pemeliharaan. Langkah tersebut diharapkan dapat sekaligus berkontribusi terhadap sektor pariwisata, pembangunan ekonomi regional, serta adaptasi terhadap perubahan iklim. (adi,dha)