BADUNG – Warga Banjar Dharma Semadi Kuta tumpah ruah mengikuti pelaksanaan upacara Abhiseka Buddha Rupang di Vihara Dharmayana, Selasa (14/1/2025). Upacara diawali prosesi mendak di perbatasan Desa Adat Kuta.
Kelian Suka Duka Banjar Dharma Semadi Kuta, Adi Dharmaja Kusuma menuturkan, rangkaian sesungguhnya sudah dilaksanakan sejak Senin (13/1/2025) melalui prosesi melaspas secara tradisi Tionghoa, atau secara Agama Buddha Theravada. Prosesi tersebut dipimpin oleh Yang Mulia Bhikkhu Sucirano Mahāthera dan Bhikkhu Oḷāraguṇo.
“Prosesi kemudian dilanjutkan dengan secara Hindu Bali yang dipimpin oleh Ida Rsi Acharya Wesnawa Agni Budha Wisesanatha dan Ida Rsi Budha Mahadewi,” sambungnya.
Setelah itu, barulah dilaksanakan Abhiseka Buddha Rupang pada Selasa (14/1/2025). Diakui dia, prosesi tersebut berkenaan pula dengan renovasi yang telah dilakukan terhadap Gedung Serbaguna Vihara Dharmayana, atas dukungan dari Pemerintah Kabupaten Badung melalui tokoh masyarakat Kuta yang juga Ketua DPRD Badung, I Gusti Anom Gumanti. Renovasi dilaksanakan sebagai upaya menyikapi jumlah umat yang semakin membludak.
“Kami mohon dana hibah dan diberikan senilai Rp 2 milyar. Prosesnya itu berlangsung selama 6 bulan, dan sekarang sudah selesai. Astungkara, sebelum Imlek, rupang sudah berdiri di Vihara Dharmayana Kuta,” ucapnya sembari mengungkapkan bahwa peresmian terhadap Gedung Serbaguna akan dilaksanakan pada 18 Januari 2025 nanti.
Buddha Rupang yang ditempatkan pada altar di Gedung Serbaguna, sambung dia, adalah Buddha Rupang Nusantara. Itu merupakan hasil karya pemuda Bali asal Mas Ubud, atas nama Gede Sarantika. “Ini terbuat dari perunggu yang dilapisi prada emas. Tinggi rupangnya sekitar 145 cm. Sedangkan tinggi altarnya 126 cm,” bebernya.
Untuk diketahui, Viraha Dharmayana adalah salah satu viraha yang terbilang tua. Keberadaannya di wilayah tujuan wisata Kuta, kerap kali mendapat kunjungan umat dari berbagai wilayah di nusantara bahkan luar negeri.
Lebih lanjut disampaikannya pula, meski kini sudah ditempatkan Buddha Rupang, Gedung Serbaguna tetap difungsikan sebagaimana biasa. Di samping sebagai tempat peningkatan spiritual, juga sebagai fasilitas pelaksanaan kegiatan kreativitas lain seperti latihan Barongsai dan Wushu. “Setelah Buddha Rupang ditempatkan, akan ada acara pemberkatan paritta-paritta suci oleh Bhikkhu Oḷāraguṇo,” imbuhnya.
Untuk diketahui, Abhiseka Buddha Rupang diawali dengan prosesi mendak. Berbekal berbagai sarana, termasuk Barongsai dan Liong, ratusan umat berduyun-duyun menuju ke perbatasan Kuta – Denpasar. Dari titik itulah, dengan menggunakan kendaraan yang sudah dihias layaknya angsa, Buddha Rupang diiring menuju Vihara Dharmayana.
Akulturasi budaya sangat terasa dalam prosesi tersebut. Tidak sedikit di antaranya tampak mengenakan pakaian adat Bali, bahkan ada pula yang melantunkan kidung dewa yadnya.
Akulturasi budaya dalam pelaksanaan prosesi tersebut diakui adanya oleh Ketua DPRD Badung, I Gusti Anom Gumanti. Dia yang ketika itu ditemui di lokasi mengungkapkan, dalam prosesi terjadi perpaduan antara Siwa – Buddha.
“Vihara ini kalau tidak salah adalah vihara pertama di Bali. Karenanya, tentu kewajiban kita adalah melestarikan dan menambah sarana dan prasarananya. Seperti sekarang yakni melalui Gedung Serbaguna yang ditempatkan pula Patung Buddha,” ungkapnya.
Menyatunya Siwa – Buddha di Kuta, diharapkan mampu menciptakan vibrasi positif yang luar biasa bagi keberlangsungan Kuta. Termasuk dalam hal toleransi antar umat beragama. “Harmonisasi dan toleransi ini saya harap bisa senantiasa berjalan baik,” imbuhnya. (adi)