BADUNG – Scamming menjadi salah satu fenomena yang disoroti oleh Bali Villa Rental and Management Association (BVRMA). Fenomena yang semakin marak ini dipandang sangat meresahkan, dan harus segera disikapi. Persoalan itu menjadi salah satu bahan bahasan dalam rapat anggota BVRMA, Senin (13/1/2025) lalu. Scamming dimaksud adalah penipuan mengatasnamakan villa-vila rental yang ada di Bali.
Ketua BVRMA, Kadek Adnyana menyampaikan, praktik scamming memberikan dampak yang sangat memprihatinkan di dunia bisnis pervilaan. Karena si pelaku, mengatasnamakan vila-vila yang beroperasi secara resmi.
“Biasanya mereka menawarkan harga yang sangat murah, bahkan sampai setengah harga. Kemudian, setelah customer melakukan pembayaran, si customer menghubungi kami. Sehingga kami kaget, karena kami tidak menerima pemesanan atas nama yang bersangkutan,” bebernya.
Pemerintah diharapkan dapat segera menyikapi persoalan tersebut. Agar kedepan, tidak lagi ada praktik meresahkan semacam itu. “Menurut kami, jika pemerintah mau bekerja sama dengan bank, itu bisa dicek. Karena yang dikirimi dana oleh customer itu adalah akun pribadi dengan nama dan bank yang jelas,” sebutnya.
Jika secara regulasi langkah semacam itu bisa dilakukan, maka dirinya memandang tidak perlu waktu lama untuk membongkar dan memberantas praktik scammer. “Kami berharap kepada pemerintah dapat membantu kami menghentikan praktik ini. Karena ini sudah sangat meresahkan,” sebutnya.
Jika dibiarkan, maka diyakini scamming dapat merusak citra pariwisata Pulau Dewata. Belum lagi pariwisata Bali saat ini sedang menghadapi berbagai isu lain seperti kebersihan, kemacetan, dan keamanan. “Ini sangat berbahaya untuk pariwisata Bali ke depan,” sambungnya.
BVRMA sendiri, dipastikan siap untuk diajak bergandengan tangan menyikapi persoalan tersebut. Misalnya dengan menjadi verifikator bersama-sama dengan Dinas Pariwisata Provinsi Bali. “Jadi ada website yang berisikan daftar agen dan villa resmi. Daftar itu bisa digunakan untuk verifikasi, sehingga customer bisa merasa aman dan nyaman ketika melakukan pemesanan villa,” sambungnya.
Adnyana menyebut, pihaknya sudah sempat bertemu dengan Dinas Pariwisata Provinsi Bali untuk membahas persoalan tersebut. Dan ke depan, tidak tertutup kemungkinan akan dilakukan audiensi-audiensi kembali. “Kami ingin sampaikan bahwa permasalahan ini sangat urgent sekali, dan penting untuk segera diantisipasi dan diberikan solusi,” imbuhnya sembari menegaskan bahwa orang lokal mesti diberikan peluang dan perlindungan untuk bisa berusaha dengan aman dan nyaman.
Lebih lanjut, Adnyana pun memberikan semacam tips terhindar dari scammer. Yakni dengan tidak tergiur harga murah, dan lakukan pengecekan terlebih dahulu melalui website-website resmi. Termasuk diantaranya website BVRMA pada laman bvrma.id. “Disana kami akan sebutkan dan listing villa dan agen resmi,” pungkasnya. (adi,dha)