![](https://i0.wp.com/wartabalionline.com/wp-content/uploads/2025/02/Anggota-Komisi-IV-DPRD-Bali-Ketut-Mandia.jpg?fit=600%2C619&ssl=1)
DENPASAR- Pengelolaan dunia pendidikan tingkat SMA dan SMK oleh Dinas Pendidikan Provinsi Bali belakangan ini sedang tidak baik-baik saja.
Bahkan dari hasil kunjungan anggota Komisi IV DPRD Bali, Ketut Mandia beberapa waktu lalu dibuat miris oleh suasana dan kondisi pendidikan disejumlah sekolah SMA dan SMK di Bali. Hal itu diungkapkan anggota Komisi IV DPRD Bali Ketut Mandia, Minggu (9/2/2025).
Politisi Gerindra dari Desa Pikat, Banjar Sente, Klungkung ini mengatakan, sebagai anggota Komisi IV yang salah satunya membidangi pendidikan di Bali sempat melakukan kunjungan kerja ke sejumlah SMA, SMK di kabupaten kota di Bali. Tujuannya, mengetahui keberadaan dunia pendidikan tingkat SMA dan SMK di Bali saat ini.
Sebab, banyak pengaduan masyarakat disejumlah kabupaten di Bali akan suasana pendidikan yang sedang tidak baik-baik saja. “Kita sudah turun ke beberapa sekolah sesuai laporan masyarakat, sungguh memprihatinkan dan saya miris melihat anak-anak di sekolah sungguh-sungguh memprihatinkan,”ujar Ketut Mandia.
Mandia menjelaskan, dalam kunjungannya ke SMA Negeri 1 Jembrana, kondisi gedung lantai 2 pada sekolah SMA Negeri 1 cukup mengkhawatirkan keselamatan siswa belajar. Lantai bergetar ketika banyak siswa berada di lantai 2 dan sangat terasa bahwa konstruksi bangunan tidak bagus.
Menurutnya saat melakukan kunjungan kesekolah, lantai gedungnya bergetar saat anggota komisi IV berada di lantai 2 pada sekolah SMA Negeri 1 Jembrana. Kalau lantai gedungnya teras bergetar saat siswa berbanyak dan berjalan di ruang kelas, sangat terasa getaran lantainya.
Ini menunjukan konstruksi bangunannya yang tidak bagus dan kita khawatir akan keselamatan siswa ketika misalnya terjadi bencana.
“Mudah-mudahan tidak sampai terjadi bencana yang membuat gedung roboh, karena konstruksinya tidak bagus,”ujarnya.
Sementara pada kunjungan anggota Komisi IV di Kabupaten Karangasem pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Karangasem juga sangat miris melihat suasana anak-anak belajar di kelas. Sebab, jumlah penerimaan siswa seakan-akan dipaksakan. Bagaimana tidak, jumlah ruang kelas hanya ada 26 ruang kelas akan tetapi jumlah siswa ada 60 kelas.
“Coba bayangkan, bagaimana anak-anak bisa belajar dengan baik. Setelah kita tanya, guru beralasan keterbatasan ruang kelas, anak-anak diajak belajar secara online,”katanya sembari menambahkan seperti penjelasan guru SMK Negeri 1 Karangasem.
Selain ruang kelas yang kurang, masing-masing sekolah juga kekurangan tenaga pendidik. Akibatnya banyak guru yang terpaksa diporsir mengajar.
“Ada guru mengajar sampai 40 jam, ada 45 jam dan ada sampai 48 jam. Itu ada dari guru honorer dan ada juga yang berstatus PNS,”bebernya.
Parahnya lagi di Kabupaten Karangasem, pada sekolah Sekolah Luar Biasa (SLB) 1 Karangasem, kepala sekolah SLB sudah pensiun, sekarang ini kepala sekolah yang ada di SMK 1 Karangasem dijadikan Plt. Kepala Sekolah di SLB 1 Karangasem.
“Memangnya di Dinas Pendidikan tidak ada pegawai yang bisa ditunjuk sebagai kepala sekolah, kenapa harus kepala sekolah dari SMK1 Karangasem yang disuruh sebagai Plt. Di SLB 1 Karangasem. Ini sudah tidak benar mengurus pendidikan di Bali, ya jadinya carut-marut dunia pendidikan kita di Bali,”katanya.
Mantan politisi PDIP yang juga pernah dua periode di DPRD Bali sebelum loncat ke Gerindra, Mandia meminta Dinas Pendidikan segera melakukan pembenahan. Alokasi anggaran yang ada dipergunakan sebaik-baiknya sesuai yang direncanakan sejak awal.
Sekolah yang masih kekurangan gedung harus dibangun, sarana dan parasana pendidikan yang masih kurang harus dilengkapi supaya tujuan pendidikan untuk mecerdaskan anak-anak bangsa ini bisa terwujud.
“Sebagai wakil rakyat di DPRD Bali, saya ini ngomong serius sesuai fakta yang kita temukan di lapangan dan bukan jualan politik,”pungkasnya. (arn/jon)