GIANYAR – Belakangan ini tak hanya wilayah Kintamani, Bangli, yang diserbu lalat. Warga Gianyar juga mengeluhkan serbuan lalat yang jauh lebih banyak dari biasanya.
Warga pun menuding penyebab banyaknya lalat karena sampah yang tak tertangani maksimal hingga menumpuk pada sejumlah titik.
“Tak hanya di rumah yang menumpuk, di jalan-jalan juga banyak ada TPS liar,” ujar seorang warga.
Saat ini, Pemerintah Kabupaten Gianyar menerapkan pembuangan sampah terpilah dan terjadwal. Hanya saja, minimnya armada membuat pembuangan sampah terjadwal belum maksimal. Hingga banyak sampah milik warga menumpuk dan tak tertangani.
Kepala UPT Keswan 1 Gianyar, Nyoman Arya Darma, Minggu (12/1/2024) tak menampik penyebab banyaknya lalat karena menumpuknya sampah.
Misum hujan membuat sampah yang di got bawah trotoar naik dan yang menumpuk menjadi tempat yang disukai lalat untuk berkembang biak. Kondisi itu membuat lalat dengan cepat bisa berkembang biak.
“Pertumbuhan lalat sangat cepat, dalam hitungan hari jumlahnya meningkat pesat. Kondisi ini akan membawa dampak,” ujar Arya Darma.
Dikatakan lagi, dimana sanitasi got/trotoar yang banyak sampah atau di tempat pembuangan sampah ilegal atau sampah yang tercecer dipastikan banyak lalat. Sedangkan yang menjadi korban adalah hunian di dekat sampah tersebut.
Arya Darma menjelaskan penanganan bermuara dari warga itu sendiri, dengan melakukan bio security pada lingkungan baik secara individu atau berkelompok. Ditambah lagi, saat ini akan berlangsung musim buah maka dipastikan lalat akan berkembang lebih banyak.
Ia menghimbau warga masyarakat selalu menutup makanan dan membeli makanan yang sehat dan mengkonsumsi makanan sehat.
“Yang bahaya kan bukan lalat saja, ada virus atau penyakit lain yang mungkin dibawa oleh lalat dari tempat hinggap sebelumnya,” ujarnya.
Di sisi lain, Arya Darma mengajak kepada peternak agar lebih memperhatikan kebersihan kandang.
“Kalau kasus besar belum ada, namun yang diwaspadai nanti ke depan semacam penyakit pada ayam yang istilah Balinya Grubug Siap,” jelasnya.
Kondisi ini terjadi karena lingkungan tumbuh ayam tidak sehat, banyak sampah dan kandang yang lembab atau basah.
Dikatakan, sosialisasi terkait kesehatan hewan peliharaan sudah dilaksanakan, agar peternak tidak mengalami kerugian besar bila terjadi serangan penyakit pada ternak. (jay)