BADUNG – Mungkin belum banyak yang tahu bahwa di wilayah Jimbaran, tepatnya di Jimbaran Hub, terdapat sebuah laboratorium bagi para inovator. Laboratorium tersebut bernama Fab Lab (Fabrication Laboratory) yang jaringannya sudah ada pada lebih dari 3000 lokasi di seluruh dunia.
Founding Partner and Executive Director of The Fab City, Tomas Diez menuturkan, perkembangan teknologi seharusnya membuat manusia lebih pintar dan berdaya untuk menyelesaikan persoalan, bukan malah sebaliknya. Termasuk dalam hal menyikapi sampah, seperti yang saat ini terjadi di Pulau Dewata. “Di sinilah Fab Lab hadir. Fab Lab ini menjembatani antara dunia digital dan dunia physical. Melalui aspek digital, kita bisa merealisasikan menjadi aspek physical,” ungkapnya.
Diceritakan dia, awal mula Fab Lab adalah dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Perguruan tinggi di Boston, Amerika Serikat tersebut dikenal sebagai awal dari sebuah penemuan-penemuan penting bagi kehidupan manusia.
Namun seiring perkembangan, Fab Lab kemudian merambah ke lebih dari 3000 tempat di dunia. Dan Bali, adalah salah satunya. “Kalau dahulu, inovasi itu bisa dipelajari dari institusi-institusi ternama di dunia. Tapi sekarang, semua orang dari belahan dunia manapun bisa belajar seperti yang dipelajari di MIT,” sambungnya.
Melalui Fab Lab, diharapkan ada perubahan pandangan masyarakat ke depan. Bukan lagi sekedar ingin menjadi content creator, melainkan menjadi reality creator yang mampu menyelesaikan isu-isu di sekitar. “Siapa saja bisa belajar membuat apa saja,” ucapnya.
Founding Partner CAST Foundation, Wan Zaleha Radzi mengungkapkan bahwa Fab Lab Bali memiliki sebuah visi yang bukan hanya tentang inovasi dan teknologi. Melainkan membangun ketahanan dan regenerasi dalam membantu Bali menghadapi tantangan zaman.
“Fab Lab adalah ruang yang mendemokratisasi akses terhadap sarana inovasi. Fab Lab adalah bagian dari jaringan global, yang memberdayakan individu dan komunitas untuk menciptakan solusi bagi tantangan yang dihadapi,” ucapnya.
Esensi Fab Lab, sambung dia, adalah menyatukan berbagai kalangan. Mulai dari insinyur hingga seniman, dari pelajar hingga pengusaha. “Di sini kolaborasi lintas disiplin itu penting. Disini ide-ide berkembang diubah menjadi solusi nyata yang bermanfaat bagi manusia dan planet ini,” sambungnya menuturkan alasan CAST Foundation bekerja sama dengan Fab Lab Bali.
Disampaikannya pula, kini Fab Lab Bali sedang mengeksplorasi energi terbarukan seperti yang dilakukan di Serangan. “Kenapa Fab Lab penting? Karena kita berada pada momen masa depan yang ada di depan mata. Dimana tindakan yang kita ambil ataupun tidak, akan menentukan arah planet kita. Fab Lab memungkinkan kita untuk bereksperimen dengan material alternatif untuk mengurangi limbah, membuat prototype solusi berkelanjutan, dan lain sebagainya,” sambungnya.
Tafia Sabila dari Fab Lab Bali menuturkan bahwa setidaknya ada tiga hal yang dilakukan Fab Lab Bali. Yakni peningkatan kapasitas salah satunya melalui Fab Academy, memfasilitasi eksperimentasi melalui event-event, serta berusaha implementasi inovasi sendiri melalui konsultasi inovasi. “Siapa saja bisa membuat apapun, dan itu hampir semuanya,” tegasnya.
Sementara itu, sebagai perwakilan Fab Academy, Elaine Regina mengabarkan bahwa Fab Academy kini menawarkan program beasiswa untuk inovator Bali. Dengan syarat yakni, project yang dikembangkan adalah project yang dapat berdampak untuk komunitas lokal di Bali khususnya komunitas masyarakat pesisir.
Adapun topik yang dapat dikembangkan meliputi konservasi air, energi baru terbarukan, pengubahan sampah menjadi suatu bernilai, material alternatif, dan pelestarian teknologi tradisional. (adi)