GIANYAR – Paslon Bupati dan Wakil Bupati Gianyar, I Made Mahayastra-Anak Agung Gde Mayun menjabarkan kondisi sekaligus menyampaikan solusi terkait permasalahan Pasar Rakyat Gianyar terkini saat debat Pilkada 2024 di Denpasar, Sabtu (10/11/2024).
Pada segmen tanya jawab, paslon nomor urut dua, Kakarsana-Tagel Arjana menyebut kondisi Pasar Rakyat Gianyar sepi sehingga dinilai perputaran ekonomi tidak berjalan.
Bahkan, menurutnya, 800 pedagang dari 1800 pedagang enggan berjualan di dalam pasar. Kakarsana pun mempertanyakan langkah yang akan dilakukan Mahayastra-Anak Agung Gde Mayun untuk mengembalilan perputaran ekonomi di pasar sehinga ekonomi masyarakat bisa tertolong serta hak mereka dapat dipulihkan.
Mahayastra menjelaskan, membangun pasar dilakukan penuh dengan perencanaan dan kajian. Tidak ada sedikit pun menghamburkan dana APBD.
Kondisi Pasar Gianyar sebelumnya kumuh kotor sehingga tidak layak untuk orang datang. Setelah dibangun tanpa memperhatikan cashback yang harus didapatkan. Semua murni membela kepentingan masyarakat.
“Bisa dilihat sekarang sangat ramai. Hanya satu lantai yang kosong. Yang kosong itupun karena sebenarnya memang kita siapkan untuk para pedagang pelataran yang jumlahnya 800 orang. Ternyata mereka tidak berjualan di sana. Mereka berjualannya seminggu sekali. Setelah mendapatkan komuditi atau hasil panennya, baru berjualan. Mereka tidak menempati, walau pun mereka dikasi gratis,” jelas Mahayastra.
Mahasyastra pun langsung menyampaikan solusinya. Pihaknya sudah membuat kajian untuk memaksimalkan lantai yang kosong tersebut.
“Kita bisa buatkan tempat untuk anak-anak muda seperti bioskop, bisa bikin IKM, bisa bikin central parkir. Namun, pasar tradisional di lantai lain itu mengalami peningkatan yang luar biasa ramainya,” ungkap politisi asal Payangan ini.
Begitu juga pembangunan Pasar Sukawati pada blok A dan B, Mahayastra mengaku berjuang menggunakan dana APBN, termasuk Blok C yang kondisinya sepi.
“Pengusulannya datang dari masyarakat untuk dijadikan pasar wisata. Nanti kita akan kembalikan menjadi pasar tradisional,” ungkapnya.
“Di sini kita memuliakan pedagang tanpa memikirkan cashback. Kita tidak memungut satu rupiah pun pedagang di Pasar Gianyar, Sukawati maupun Ubud,”imbuhnya.
Sementara, terkait 800 pedagang plataran di Pasar rakyat Gianyar yang tidak mau menempati pasar, itu ada yang berasal di Gianyar dan luar Gianyar.
“Saya kunci angka itu pada saat membangun. Tidak boleh ada pedagang baru. Karena saya khawatir akan adanya permainan dari oknum,” tegasnya.
Dengan solusi yang disiapkan apabila terwujud, Pasar Gianyar akan menjadi percontohan dari segi arsitekturnya, dari segi kenyamanannya, menggunkan green energy, SNI.
“Jadi saya kira apa yang saya lakukan itu menjadi kebanggan kabupaten Gianyar dan sesui dengan blue print tata kota yang saya siapkan,” tandas Mahayastra disambut applause. (jay)