GIANYAR – Keberhasilan Desa Adat Padangtegal, Kecamatan Ubud, Gianyar, dalam mengelola aset wisata dan usaha lainnya turut dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat.
Menjelang Galungan dan Kuningan, Desa Adat Padangtegal akan memberikan dana hari raya Rp2 juta dan beras 25 kilogram untuk masing-masing kepala keluarga (KK).
Tercatat di Desa Adat Padangtegal ada 689 KK yang tersebar di 4 banjar adat, yaitu Banjar Padangtegal Kaja, Padangtegal Mekarsari, Padangtegal Kelod, dan Padang Kencana.
Salah satu potensi yang banyak mendatangkan pundi-pundi rupiah, yaitu objek wisata Monkey Forest dengan pendapatan mencapai miliaran rupiah per bulan. Selain itu, terdapat juga beberapa usaha yang dikelola desa adat.
Sekretaris Desa Adat Padangtegal, I Wayan Astawa mengatakan, pemberian dana hari raya dan beras tersebut merupakan bagian kecil dari program-program Desa Adat Padangtegal dalam mensejahterakan masyarakat, yang tertuang dalam visi dan misi awig-awig.
Ia mengungkapkan, selama ini Desa Adat Padangtegal memiliki berbagai program, mulai dari kesehatan hingga pendidikan warga.
Di bidang kesehatan, Astawa mengatakan para masyarakat lanjut usia atau krama werda difasilitasi ruang berkomunikasi antar krama werda, jadwal olahraga senam, pengecekan kesehatan gratis, konsultasi, pemberian makanan sehat dan sebagainya.
“Krama werda yang sakit, yang berkebutuhan khusus atau tak bisa beraktivitas, kita ada ada homecare, setiap bulan sekali. Kami bantu cek kesehatan, kami berikan pampers untuk kebutuhan sebulan, susu sebulan. Tahun ini bangun klinik pratama, dengan tujuan masyarakat dapat pelayanan kesehatan lebih bagus. Kita kerja sama dengan RS Bros Denpasar,” ujarnya, Kamis (19/9/2024).
Tak hanya itu, Desa Adat Padangtegal juga benar-benar menggunakan pecalang untuk kepentingan krama. Bukan hanya sebagai pengatur lalu lintas dan keamanan wilayah, tetapi siaga 24 jam penuh.
Bahkan, Ketika ada masyarakat sakit dan harus segera mendapat pertolongan medis, para pecalang inilah yang akan mengantar krama tersebut ke rumah sakit menggunakan mobil ambulans.
“Pecalang siap 24 jam. Kalau ada krama sakit, mereka ambil ambulans, mereka yang antar,” ungkapnya.
Dalam hal pendidikan, desa adat memberikan beasiswa pada setiap warga setempat yang mengenyam bangku kuliah dan tentunya terus dievaluasi.
“Kalau mereka tak serius, dengan melihat nilai IPK yang buruk, maka beasiswanya distop. Kalau bagus dapat reward. Per hari ini ada 119 orang yang mendapatkan beasiswa kuliah,” ujar Astawa.
Program beasiswa kuliah ini pun telah berdampak positif pada generasi setempat. Desa Adat juga sedang mempersiapkan sekolah bertaraf internasional, mulai dari pendidikan PAUD, TK dan SD.
“Tahun depan kami buka PAUD, TK, SD unggul dengan kurikulum nasional plus. Saat ini sedang proses. Sudah kesepakatan parum agung. Saat ini sedang studi banding ke Sekolah Internasional Diatmika dan di Serangan, lahan sudah disiapkan. Lahan luasnya tidak dibatasi karena menggunakan lahan adat, nanti disesuaikan dengan kebutuhan,” pungkasnya. (jay)